"... Saya cuma mau tanya aja kamu kan dari negeri kok mau masuk swasta," - Bu Dwi, guru fisika SMA gue.
Kata-kata Bu Dwi hari ini bikin gue flashback lagi ke masa-masa dari awal gue ikut tes SMA ini. Selalu ada orang yang kaget dan make sure dengan nada heran, "Kok kamu masuk situ sih?"
Atau pola kalimat yang sangat umum juga adalah, "Kenapa ga masuk *sekolah-sebelah-SMP-mu* aja?"
Para penanya umumnya berasal dari komunitas yang setipe yaitu dari komunitas SMP gue dulu. Sedangkan orang-orang dari lingkungan baru gue, SMA swasta Katolik terkemuka, jarang yang nanya ke gue soal pilihan gue. Kalopun ada, mereka akan bertanya dengan nada biasa, bukan nada merendahkan, aneh atau heran.
Beda orang, beda jawaban. Tapi, apasih alasan sebenarnya?
Gue punya banyak pengalaman hidup fantastis di SMP gue, SMP Negeri paling ngetop, paling keren, paling pinter anak-anaknya di Kota Bogor. SMP gue ga pernah kekurangan peminat dengan kualitas otak mumpuni. SMP gue juga punya pamor yang terjaga sejak jaman dahulu kala, "SEKOLAH NOMOR 1". Konon, cap itu udah ada sejak sebelum gue lahir.
Itulah yang membuat nyokap gue sangat tertarik menyekolahkan gue disana, meskipun gue gamau. Awalnya gue lebih milih SMP Negeri 5, sekolah negeri paling keren di Kota Bogor menurut gue, karena halamannya LUAS! Lapangannya gede, lokasi strategis, pokoknya sekolah sehat! Tapi karena termakan hasutan nyokap, akhirnya gue memutuskan untuk masuk SMP yang lain dan melepas SpenLi. Tahun 2008 gue ikut tes masuk dan berhasil diterima tanpa perjuangan berarti untuk jadi siswa di kelas RSBI.
Setelah sebelumnya bertemu classmates gue dalam bridging course, MOS pun tiba. MOSnya ini nyebelin banget. Masih dikerjain, disuruh pake atribut tas kardus, kepang sesuai bulan lahir, dan bawa papan tanda tangan yang gede banget. Kakak kelasnya relatif galak, cuma gue ga peduli karena gue rasa gue lebih galak dari mereka, huahaha. Semua tentang MOS itu ga ada yang menyenangkan, GA ADA. Kenangan buruk tentang MOS masih melekat sampe gue masuk SMA dan gue sampe berdoa berbulan-bulan sebelum hari MOS tiba biar MOSnya asik&gaserem. Alhamdulillah, di SMA gue, MOSnya beneran seru dan keren.
Tahun pertama di SMP, gue banyak komplain, jadi pemarah yang tersohor di ruang guru karena bokap sering dateng untuk komplain, komplain dan komplain atas permintaan gue, dan segala image buruk lainnya. Tapi itu sedikit terhapus setelah gue rengking 1 di kelas dan aktif dalam lomba-lomba sesudahnya. Di kelas 7 ini gue ikut OSK Matematika dan masuk ke tingkat Provinsi. You know what, di Provinsi gue tidur karena gue ga ngerti soalnya dan gue rasa masih ada tahun depan. HAHAHA. That was the funniest thought ever.
Selain mulai ngetop dengan matematika, gue juga mendapatkan simpati guru PKn yang akhirnya mengandalkan gue sampe detik terakhir gue lulus. Dia ngajak gue lomba cerdas cermat that was insane. Gimana ga insane, lombanya hari Sabtu di Jakarta, dikasih tau H-1!!! Diantara 10 orang, gue adalah satu-satunya murid kelas 7. Sisanya kelas 8, termasuk kakak OSIS yang terkenal menyebalkan. Akhirnya menang sih, tapi tetep aja itu insane.
Achievements gue di kelas 7 juga masih ada lagi, tapi sepele sih. Tahun pertama gue ditutup dengan aneh. Karena galakkk dan jutek serta faktor emosi, gue membuat beberapa permusuhan di kelas 7 dengan classmates gue. Lol. Satu hal yang jelas, gue berteman dengan beberapa guru di kelas 7 dan menimbulkan gosip-gosip aneh dikalangan guru dan murid. Ga wajar emang. ANEH.
Kelas 8, gue masih pemarah, tapi sekarang gue udah punya banyak temen dibandingkan saat gue kelas 7. Karena ketidakadilan sekolah terhadap kelas gue, akhirnya gue banyak berteman dengan anak reguler daripada anak SBI. Disini gue belajar banyak soal have fun. Kelas 8 juga masa dimana gue mulai pacaran sama orang yang wajar, sebaya dan selingkungan. Sebelumnya gue pacaran dengan seseorang dari lingkungan yang 180 derajat berbeda dengan gue, umurnya juga jauh banget dan cenderung ga wajar, huahaha.
Di kelas 8, gue belajar banyak untuk kabur. Kabur rupanya sangat amat mudah. Mau jam berapa? Kemana? Semua bisa diatur. Hal paling aneh adalah ketika lu kabur keluar sekolah, mau ke mall, eh ga sengaja ketemu satpam sekolah. Lu tau apa yang gue lakukan? Menyapa dengan penuh keramahan seakan ga ada apa-apa. Om satpam pun nanya, "Mau kemana?", sebagai manusia jujur, gue jawab "Mau jalan dulu om."
Reaksinya? Jawabannya?
"Ati-ati yaaa!"
Pernah juga pas jam pelajaran olahraga jam 1-2, murid-murid disuruh ke GOR untuk nonton pertandingan pencak silat. Gue malah pulang ke rumah dan ngadem sebentar, lalu balik lagi pas jam pelajaran ke 5. Oiya jadi inget, kelas gue adalah kelas terpanas di seantero sekolah. Akhirnya, banyak guru yang menyuruh belajar di luar ruangan kelas tapi malah berakhir di kantin, karena kelas gue emang deket banget sama kantin. Zzz.
Kelas 8 sangat bersejarah buat gue karena Arab Jawi yang sebelumnya udah gue ulas. HAHAHA. Achievement gue, ga gitu inget, kayanya ga ada. Tapi gue sering ditunjuk mewakili sekolah untuk jadi MC saat ada tamu dari luar negeri dan blablabla. Gue ga inget apa yang gue pelajari di kelas 8 karena gue udah terlalu sering cabut.
Kenaikan kelas dibuka dengan trip to Singapore. Trip ini bener-bener merubah pandangan gue. Sebelumnya gue keluar negeri/ke suatu daerah, ga pernah belajar dan shopping dengan segitu gilanya lololol. Ok, gapenting. Kelas 9 adalah dimana gue mencoba semua tindakan melanggar peraturan dengan kreatif dan menguji banyak guru cuma untuk kesenangan pribadi. Di kelas 9 juga, untuk pertama kalinya, gue punya wali kelas yang super aneh dan... susah diajak berkomunikasi. Berlawanan dengan wali kelas gue 2 tahun sebelumnya yang kaya malaikat. Ini bikin gue makin ga betah dan akhirnya? Makin sering cabut.
BAYANGKAN! Gue cabut berhari-hari, akumulasi Sakit Izin Alpha gue di rapot tetep NOL!!! Gue jadi sempet nyesel kenapa gue ga cabut terus-terusan aja. Di kelas 9 juga ada pagelaran, tapi itu sampahhh. Meskipun gue ketua panitia pagelaran kelas gue, tetep aja gue gasuka sama ide pagelaran. Buang-buang uang dan ngajarin anak didik buat manipulasi anggaran. Duh.
UAS, Ujian Praktek, Direkorat, UN.... Semuanya ada dikelas 9 dan semuanya ANEH! I'll post about them later, so you'll finally understand kenapa gue masuk SMA swasta Katolik yang ketat dan super disiplin padahal gue mampu masuk SMA Negeri nomor 1 di Kota Bogor yang sangat terkenal itu.
No comments:
Post a Comment