Monday, September 15, 2014

Going Back, Going Home

10 September 2014
Setelah berjuang keras untuk tetap bertahan di kampus sampai setengah 6 sore, akhirnya gue dengan penuh excitement packing dan menuju bandara untuk terbang ke Jakarta. Pulang.

Saking excitednya gue gak tidur sama sekali dan gak marah meski diharkosin majalah Batik yang bilang ada My Lucky Star di inflight entertainment mereka, eh ternyata itu bulan lalu. duh.

Semangat itupun masih membara meski gue tiba di rumah, di Bogor jam 12 malam.

11 September 2014
Mungkin ini adalah hari terproduktif gue so far di dalam negeri.
Bangun pagi-pagi dengan penuh harapan dan cinta untuk ke rumah Metta, seeing her, her house, her mom for one last time before God-knows-when-we-will-meet-again. Ada sedikit awkwardness, banyak rasa bingung dan sedikit disoriented terhadap fakta bahwa Metta hari ini pergi. Pergi dan pulangnya paling cepat ketika tahun sudah berganti.

Best wishes for you, from the bottom of my heart. You're my high school hero, you're my motivation to dance, you're my vegan idol.

Setelah dari Metta, gue pulang untuk membuat rapot dalam Bahasa Inggris.Took longer than expected, belum lagi antrian print yang juga super lama. Akhirnya gue tiba di SMA RP jam 10.30an. Coming back never felt this good. Gue balik ke Bogor kali ini memang bertujuan untuk kembali ke sini, ke SMA yang masih selalu menjadi bagian terindah dari pendidikan gue, untuk mengurus dokumen-dokumen.

Percakapan dengan Bu Ari pun juga jauh terasa lebih akrab daripada sebelumnya. Gak cuma itu, di kunjungan kali ini gue juga berkesempatan untuk sharing dengan adik kelas yang sudah mewujudkan mimpi gue - ikut OSN mewakili SMA RP. Bahkan gue diminta Bu Ari untuk sharing di kelas XI MIA 5, menceritakan bagaimana gue mengisi hidup gue di RP.

I will do anything I can to help my juniors feel the pride of being part of SMA RP. I will do anything to make them know kalau mereka punya berbagai pilihan dan mimpi mereka itu bukan hanya menggapai PTN. Bukan. Mereka punya yang terbaik yang ada di Kota Bogor, mereka harus memanfaatkan itu.

Setelah sharing, gue makin pumped up buat next meeting yaitu membahas ide project yang pernah gue ikut sertakan dalam kompetisi ngide di Twitter. So gue cabs ke Pacific Place buat ketemu Koko CEO yang bersangkutan. Setelah discussion, gue merasa semua semakin feasible dan gue bisa redeem kesalahan dan penyesalan gue dari projek kemarin di next project.

Gue pulang dengan hati yang sangat ringan namun pikiran yang penuh refleksi.
Gak bisa tidur, karena realita kini lebih menjanjikan daripada mimpi.

12 September 2014
Although I started the day with a smile, gue kembali ke Spensa dengan perasaan complicated.

Gue telah berubah jauh sejak gue masuk ke sekolah itu dengan berapi-api dan penuh emosi, kemudian lulus dengan perasaan dendam yang teramat dalam. Tapi meski begitu, Spensa adalah masa-masa dimana gue bertemu teman-teman yang sangat amazing. Bukan hanya manusia macem Luluk dan Tyas, tapi juga Miss Selly, Miss Kaka dan Bu Tri.

Gue masih gak tau apakah gue menyesal atau gak masuk Spensa. Yang jelas, gue marah.

Gue datang dengan terlalu bingung, sehingga gue jatuh! Di depan Spensa! Lukanya terlalu sakit untuk sempat merasa malu. Duh.

Gue mencari Miss Kaka dan Miss Selly untuk dokumen-dokumen yang gue perlukan tapi gue direject karena mereka ada rapat. Akhirnya gue caw dulu sejam, membereskan semua urusan perbankan gue dan balik lagi ke Spensa untuk a very fruitful discussion.

2 jam terasa begitu cepat sampai akhirnya gue di SMS bahwa gue udah ditunggu teman SMP gue yang sangat inspiring, deep dan bijak - Agni. Setelah wacana berminggu-minggu, berbulan-bulan, akhirnya kita bisa meet up juga karena kebetulan Agni lagi nganggur sembari menunggu daftar ulang STAN. Yeah, Agni yang sangat Kumon dan sangat ITB itu kini berlabuh di STAN ;')

Diskusi singkat sama Agni juga lagi-lagi harus diinterupsi fakta bahwa gue punya janji nonton sama Dimas. Akhirnya setelah berpacu dengan waktu, gue pergi sama Dimas ke BTM.

Reaksi Dimas terhadap alay BTM ternyata lebih alay dari yang gue prediksi. Ckckck, masa dia sama sekali gak punya ekspetasi BTM itu kaya apa -_-

Setelah BTM, gue dan Dimas lanjut nonton di Botani sama Nadine. Meski gak sempet ngobrol banyak, tapi gue seengganya tahu bahwa Nadine is always there for her friends meski tugasnya di IMDI sangatlah menguras waktu. Nadine is still the same amazing girl that knows how to do things nicely in her own way. OMG I love you, Nadine!

Gue menutup hari dengan kembali ke rumah bersama Dimas, yang sudah sangat mengantuk. I truly feel the warmth from everyone. Dari Miss Selly dan Miss Kaka yang sudah gue kenal selama 6 tahun, sebagai guru dan teman... Dari Thia yang sekedar ketemu sekelibatan di BTM, dari Agni yang bersusah payah menemui gue untuk membuat wacana jadi nyata, dari Nadine yang selalu menyenangkan dan menenangkan hati, dan yang terakhir - dari Dimas yang pulang ke Bogor hanya untuk nonton sama gw.

Will do the next 2 days on the next post!

No comments:

Post a Comment