Sunday, September 28, 2014

Sakit itu Anugrah

"Siapa sih orang di dunia ini yang mau sakit? Semua pasti mau sehat."

Bohong. Gue adalah orang yang pernah ingin sakit. Ketika itu, sakit jauh lebih baik daripada menghadapi kenyataan dan rutinitas yang cuma bisa buat kejiwaan gue sakit.

Itu saat gue masih SMP. Sekolah di tempat yang cuma bisa buat kesal dan marah-marah sendiri, belum lagi teman-teman dan kakak kelas yang sama sekali gak bersahabat. Sepanjang kelas 10, gue gak punya hasrat ke sekolah dan rasanya pengen sakit aja. The spell did work.

Bermula dari gue ujan-ujanan purposely biar gak ikut LDK, akhirnya gue beneran sakit dan yeay! Bebas LDK. Seangkatan cuma gue yang gak LDK.

Kemudian setiap ulangan Agama rasanya mau susulan aja biar tau soal-soalnya karena gue baca pertanyaannya pun gak bisa akibat kebijakan pake huruf Arab Jawi. Lalu kejadian beneran. Ulangan pertama sukses nyalin bersama anak-anak susulan yang habis exchange ke Malaysia.

Tapi sugesti ingin sakit itu tampaknya sangat kuat ditambah lagi kejiwaan gue yang gak pernah bener karena marah-marah terus sehingga sepanjang SMP memang gue kerjaannya bolak-balik ke rumah sakit. Dokter kulit, dokter bedah, dokter THT, dokter gigi sampe dokter kandungan gue kunjungi sendirian akibat keluhan yang macam-macam. Padahal akarnya cuma satu, stress.

Yeah, sebegitu kuatnya efek samping stress di SMP sehingga hidup gue berubah total. Gue sempet gak bisa makan nasi, sempet alergi makanan favorit gue sepanjang masa dan sempat dicurhati beberapa dokter yang takut mengambil tindakan lebih lanjut karena gue datang sendirian tanpa didampingi orang tua. Gue juga untuk pertama kalinya dirawat di rumah sakit dan merasa benar-benar senang karena hidup di rumah sakit lebih indah dari di sekolah.

Kemudian semua itu berbalik ketika gue SMA dimana seperti mengutip kata Ero, "Dimana sakit yang bikin bego? Cuma di RP. Lu sakit, ga masuk sekolah, terus jadinya bego banget deh."

Gue punya semangat sangat tinggi untuk ke sekolah tiap hari dan ikut setiap acara sekolah karena ketinggalan sehari memang sukses bikin gue ngerasa bego sendiri saking signifikannya kehadiran guru di kelas. Pada akhirnya, memang gue sempat kena virus panas yang bikin gue grounded di rumah seminggu dan gak bisa kemana-mana karena musuhnya itu matahari. Dan akhirnya memang jadi bego dan ranking turun hahaha.

Pas semester 6 juga gue sempat hospitalized lagi dan gak seperti dulu yang rasanya sangat menyenangkan, kali ini gue sangat deg-degan dan pengen buru-buru keluar. Gue udah bolos 30 hari di semester 5, ya masa mau bolos 30 hari lagi di semester 6. Mau jadi apa mana les pun enggak...

Tapi kemudian gue sadar bahwa setiap kali gue sakit itu adalah reminder untuk sit back and relax. Kelas 12 adalah masa terpadat dalam hidup gue dan gue memang butuh tidur di rumah sakit itu agar bisa fresh lagi. Waktu SMP juga memang kayanya sakit itu baik untuk gue dan sekeliling gue, karena guru-guru dan teman-teman pun udah habis kesabaran dengan segala macam ocehan gue tentang sekolah yang rusak blablabla sampe berbusa. Untuk stay healthy, moral boost dan spirit dari dalam juga perlu karena begitu gue ingin sakit lagi, pasti kesampaian hahaha.

Dan kini di masa kuliah, gue merasa sangat fragile karena gue gak ikut setiap acara khusus jurusan. Dari PPSMB HI karena sakit yang sangat memalukan, Rumah HI karena sehari sebelumnya panas-panasan dan kemudian keesokan harinya gak bisa bangun dari tempat tidur karena badan kaku-kaku sampe Makrab karena keloid yang (selalu) datang lagi. The spell did not work this time. Motivasi yang tinggi tetep gak membuat gue sehat macem setiap mau ikut acara di SMA hahaha. Mungkin pesan kali ini adalah agar gue bisa berkenalan dengan David Tao, yeay! *gak nyambung sih tapi serius*

Jangan bersedih dan mengutuk. Sakit itu anugrah.

No comments:

Post a Comment