So, gue udah cerita tentang stance atau perspektif gue di post Curhatan Spring, tapi rasanya itu super vague dan rancu. (Vague sama rancu artinya beda gak sih?) Kok ya kebetulan, disaat gue lagi masuk masa-masa hectic dan mood senggol bacok, ada beberapa pertanyaan yang masuk ke Ask.fm gue soal kuliah disini.
Sebelumnya gue klarifikasi dulu, gue adalah manusia super sombong yang yakin bahwa gue bisa Bahasa Korea. Cuma lain ceritanya sekedar mengerti Bahasa Korea dan kerja pake Bahasa Korea dengan belajar dengan Bahasa Korea bersama native. Karena itu, gue selalu berusaha menghindari Bahasa Korea dalam konteks akademik, soalnya gue gak bisa nulis formal, vocab terbatas, pengetahuan juga limited. Plus ngambil kelas Bahasa Korea artinya 'relative grading' alias lo bakal diranking dengan anak-anak yang literally makan buku. No matter lo dapet 90, kalo temen sekelas lo dapet 97, 98, 99, 100 berarti nilai lo ya D, karena lo relatively bego dibanding yang lain.
Mari mulai dari KU, tepatnya pengalaman gue difakultas bisnis (KUBS). Sebelum masuk KU, gue udah dapet beberapa email menyoal admission gue di KU, pergantian visa dan pendaftaran asrama. Semua email dalam Bahasa Inggris dan ada satu email dimana mereka salah nulis nama lengkap gue (urutannya bukan A-B-C-D, mereka bikin A-D-B-C). Gue klarifikasi dan jawaban mereka seperti ini
Wow kenapa baik sekali...
Lalu coordi universitas gue disini gak seefisien coordi gue di Ewha dulu, tapi he tries his best to serve us. Saat orientasi, dia mau pake Bahasa Korea tapi gue bilang (yes, gue yang request in public di depan anak-anak yang lain) gue maunya pake Bahasa Inggris dan dia mau meski dia bilang dia gak pernah kasih orientasi pake Bahasa Inggris sebelumnya.
Kemudian difakultas, KUBS ini special case karena semua officer bisa Bahasa Inggris dan mereka gak mengharapkan gue bicara Bahasa Korea. Semua pengumuman dan lowongan ditranslate ke Bahasa Inggris sebelum diemail ulang ke mahasiswa asing KUBS. Tapi point paling keren adalah orientasi. Orientasi untuk foreigners dipersiapkan dalam Bahasa Korea dan Inggris, begitu juga bookletnya. Lalu dihari orientasi, ada senior dari KUBS Global yang siap sedia bantu kita dan ngelompokin kita dalam grup kecil (buddy) biar lebih gampang dan akrab. Di orientasi ini juga gue ketemu sesama mahasiswa asing KUBS angkatan gue dan later, gue tau jumlahnya ada 74 orang (paspor asing) tapi 52 dari Cina. Ciri khusus mahasiswa Cina, mereka lebih nyaman pake Bahasa Korea so mereka pilih orientasi pake Bahasa Korea.
Di orientasilah gue baru 100% teryakinkan bahwa gue GA PERLU ambil kuliah dalam Bahasa Korea sama sekali karena ada banyaaak banget mata kuliah dalam Bahasa Inggris dengan dosen-dosen yang qualified dengan background pendidikan mayoritas dari Amrik (beberapa masih punya thick accent yang lo bisa ketawain saking anehnya, tapi trust me, lo bakal ketemu juga yang super keren dan kaya native). Gue liat-liat sih KUBS berkiblat ke Amrik banget meski lo gak bisa ilangin faktor budayanya, yang endingnya bikin mereka tetep punya style bahasa dan fasilitas doang ngalahin Amrik, mindset tetep lokal.
Don't get me start about facility. Dosen gue pernah bilang, dia udah ke fakultas bisnis banyak universitas di dunia dan gedung KUBS tetep paling keren. Gue bisa mengakui itu juga, karena sama Amrik juga masih bagusan KUBS kok gedungnya. Kita punya gak cuma satu atau dua, tapi 3 gedung paling modern se-KU raya (mungkin seKorea raya juga) yang bikin anak-anak fakultas lain bergumam, "역시 경영학 돈 많다" alias "jelas lah, fakultas bisnis banyak duit"
![]() |
karena penampilan itu penting |
Pamer ruang kelas, gedung keren udah biasa, Kalo pamer ruang make up gimana? Ada ruang make up, yang ngalahin ruang ganti penari di Indo, disetiap toilet cewe di gedung Hyundai Motor Hall.
Balik ke fokus, orientation felt like a warm welcome. Gue paham semua yang disampaikan, apa yang terjadi dan ga ada cerita senior kejam dan unapproachable. Semua senior baik, semua punya background internasional atau seenggaknya passionate in helping foreigners. Buddy gue pure Korean, namanya Yerim and she is like an angel. For real. Inggris dia sih gak kaya bule yaa, tapi dia keren dan super helpful!
![]() |
Buddy gue hihi |
Berikut-berikutnya, KUBS banyak bantu gue indirectly melalui Yerim. Lalu setelah itu foreigners dimasukin ke group chat kelas E. Jadi KUBS itu siswanya banyak banget, so tiap angkatan dibagi kelas A sampe E. Semua foreigners ditaro dikelas E tapi bukan berarti kelas E isinya foreigners doang. Ada dua grup, grup ngobrol sama grup pengumuman. Di grup ngobrol, pastinya pake Bahasa Korea, di grup pengumuman sih multibahasa. Kenapa? Karakteristik kelas E, ada pengurus kelas khusus yang bertugas translate Bahasa Inggris dan Mandarin.
Tapi itu awal-awal doang. Banyak juga pengumuman yang gak ditranslate. Sampe puncaknya, mereka share link survey dari student council yang mau dengerin pendapat foreigner... dalam bahasa Korea. Gue semacam angry bird, gue isi surveynya dengan segala curhatan (basically minta integrasi sosial dan plis, kalo mau ngundang acara jangan yang isinya minum-minum doang lah) dan gue minta temen-temen gue untuk ngisi dengan jujur juga.
Mungkin bingung, kalo gue puas dengan semua service KUBS, apalagi yang gue protesin?
Servicenya masih belom beres, program lain adalah Tutor-Tutee program. Gue kesulitan dengan statistik dan akuntansi so gue daftar program tutoring ini for free. Fakultas nyariin senior yang bersedia bantu gue, mereka bayar senior tersebut dan gue belajar dengan gratis. Gue bisa pilih mau pake Bahasa Korea atau Inggris, yang obviously gue pilih Inggris lah. Kedua senior yang jadi tutor gue pure Korean, tapi mereka bersedia tuh tutoring dengan Bahasa Inggris.
So bisa dilihat betapa KUBS peduli dengan foreigners. Mereka juga ngadain welcome party kecil-kecilan sama Dekannya. Terus setiap mahasiswa juga diberikan dosen pembimbing. Gue gatau kriterianya matchingin advisor sama siswa kaya gimana, kayanya sih random ya. Gue dapet advisor yang hanya ngajar kelas Bahasa Inggris dan emang pernah ngajar di Amrik so Inggrisnya oke banget dong. Assignment of mentor professor, that's how they call it, gak cuma asal assign terus babay. No. Mereka kasih hari khusus untuk ketemu dengan advisor, something that I really treasure karena dulu di UGM mana ada gituan.
![]() |
My advisor (mentor) dan his mentees |
Saat meeting dengan advisor, meja gue kebetulan cuma 4 orang yang dateng, dua cowo lokal, satu cewe Cina plus gue. Buat gue, meeting ini sangat berkesan karena gue belajar banyak dari advisor gue, profesor spesialis Finance, dan itu kesempatan gue bisa frontal dan nanya apapun secara candid ke profesor senior. Percakapan di meja itu semuanya dalam Bahasa Korea kecuali ketika gue nanya, karena gue selalu insist dalam Bahasa Inggris. Doi juga jawabnya English dong hahaha.
Anyway, ternyata dia lebih frontal dari gue. Doi langsung tembak cewe Cina, nyuruh buat belajar bahasa. Gue kaget banget. Doi juga bilang problem foreigners itu kemampuan bahasa dan GPA jelek. Awalnya gue ngerasa gak terima banget, masa gue ambil kelas Bahasa Inggris semua terus itu jadi penghambat buat gue? Terus gue harus balik ke Indonesia? Ke IPB biar bahasa Sunda sekalian? Tapi ternyata dia membicarakan tentang foreigner mayoritas, alias Cina. Terus gue nanya, secara akademis ada gak masalah selain bahasa? Dia bilang sebenernya ga ada, paling foreigners cuma gaul sama foreigners dan ga membaur. Disinilah cerita dimulai.
Gue bilang langsung, bukannya foreigners ga ada effort buat gaul sama lokal. Lah lokalnya ga terima kita. Kita usaha loh ikut acara-acara lokal, tapi karena kita gak minum atau gak ngerti gamenya, mereka langsung kasih respon "udah lah lo sana aja, ini bukan dunia lo," tanpa mencoba menjelaskan. Advisor gue pun kasi jawaban diplomatis, "there'll be more chance for you in the future."
Cerita serupa masih ada lagi. Alira being Alira, gue email profesor yang ngajar bidang yang gue minati. Gue gatau dia, dia gatau gue, tapi dia bales ajakan gue untuk berdiskusi. Long story short, gue ketemu dia. Dia kasih banyak valuable advice dari Korean perspective (gue harus highlight ini, karena sebenernya pandangan dia cukup bertolak belakang dengan gue). Sebelom gue meninggalkan ruangan dia nanya apa ada mahasiswa Indonesia lain di KUBS. Gue bilang dong, ada kok lumayan banyak. Gue belum tau arah pembicaraan dia. Sampe akhirnya dia tanya, "Oh kalo gitu gak ngerasa alienated dong?"
Wow. Api tersulut, Gue langsung bilang, "Well if you said it that way, of course we are still being left out." Dengan tenang, doi bilang bahwa Korea adalah negara yang sangat homogen dan "We still have a very long way to go"
Yea definitely. Still a very looooong way to change and to be a truly global country.
Dihari yang sama, dosen statistik gue nanya apakah gue punya sodara di Korea. Gue bilang nggalah, gue completely alone disini. Dia bilang "That could be lonely."
Masih terbawa suasana percakapan yang sebelumnya, gue jawab "Yes especially when the locals are avoiding us"
Dia pun mengakui dan bilang bahwa orang lokal banyak yang punya English-phobia. Gue bilang, gue paham tapi gue bisa Bahasa Korea but that doesn't make any difference. Kali ini, dia malah salah fokus dan bilang "Oh you speak Korean?"
See the point? They realize the problem. They try to do something but the people are resistant. KUBS as institution is AMAZING. They cater us, they welcome us, they understand us. But not the people. Kalo lo nanya, "terus harus apa?" gue juga gatau. Ngerubah mindset gak segampang bikin policy terus inforce terus bisa liat perubahan. No. Negara ini punya banyaaaak banget policy for social integrations but still, they haven't changed much.
Cukup soal jarak diantara lokal dan asing, gue mau bahas kebiasaan mereka. Saat ini gue lagi midterm dan pemahaman gue sangat dangkal karena ini ujian pertama gue. Yang gue liat, orang-orang belajar banting tulang sampe gak tidur dimana-mana, library sampe coffee shop. Bahkan ruang kelas dibuka untuk belajar dari jam 10 malem sampe 8 pagi untuk mengakomodasi siswa. Lupa makan itu biasa, temen gue lupa tidur. LUPA TIDUR.
Sebagai orang yang hidup untuk bahagia dengan jalan-jalan dan tidur cukup, gue ga paham aja ada loh di dunia ini LUPA TIDUR untuk midterm. Cuma midterm, bukan UN atau pertaruhan apa gitu yang gedean dikit. Hasilnya emang menakjubkan sih, mereka semacam makan buku. Tapi abis itu yaudah lupa lagi. Gue sendiri gak terganggu dengan hardcore macam itu karena balik lagi ke Curhatan Spring gue, gue punya jalan hidup sendiri.
So in summary, ada banyak banget hal yang gue gak setuju dengan lokal dan cara pandang lokal. Gue gak puas, gue masih melihat banyak hal yang bisa diperbaiki lagi. Gue bahkan belum punya temen lokal selain Yerim di KUBS... Tapi kalo lo tanya gue bahagia apa gak, gue super bahagia dan bersyukur gue bisa hidup menjalani mimpi gue. Gue bersyukur atas pilihan gue, dan kalau ditanya apakah gue masih akan memilih jalan yang sama, jawabannya "당연하지"
Kkkkk semangat mbak Alira!!
ReplyDeleteSesuai banget sama di promotional video KU ada buddy matching program + katanya KU itu univ no. 1 Global di Korea (y) Sip sekalii :D
Bener emang mbak Korea itu negara homogen aku baca di Buku Korea A to Z apalagi yang orang tua agak gimana gitu sama foreigner.
Oh iya mbak thanks for your information dulu finally, JIKS에 한국어시험 했어요 ㅋㅋ
Halo,
DeleteThank you komennya. Emang socio-culturenya disini beda banget sih dan penyesuaiannya mungkin susah. Woohoo, nice. Semangat belajar Bahasa Koreanya! :)
Alira