Sunday, June 27, 2021

Money Management 2021: Masih Pakai Excel

Masih dalam suasana persiapan menyambut semester kedua tahun 2021 dengan money management yang lebih baik, gue akhirnya puas dengan budgeting gaya hidup baru gue setelah 3 hari. Ini beneran style yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, karena perubahan lifestyle membuat kebutuhan (items) gue berubah dan apps yang gue gunakan berbeda. Gimana maksudnya?

Ada banyak banget productivity tools dan apps yang bisa bantu lihat pengeluaran, pemasukan dll ditahun 2021 tapi gue masih setia dengan excel. Beberapa alasan kenapa gue masih merasa nyaman dengan excel untuk budgeting:

  1. Di Indonesia masih belum ada integrated-platform untuk semua hal
    Di Korea, mungkin 70% dari pemasukan dan pengeluaran gue terlihat di Kakao Talk. Bisa bayar apapun disitu, bisa akses bank dan pembayaran disatu platform yang sama juga. Tinggal buka Kakao buat lihat a glimpse of pola hidup gue. Disini belum ada. Sama masih cukup banyak penggunaan cash. 

  2. Belum ada open banking
    Open banking ini maksudnya integrasi dimana semua rekening bank lu bisa ditaro dalam satu platform (mau pake platform salah satu bank, atau pake platform aplikasi lain boleh). Misal lu punya rekening bank A, B, C dan D. Disini lu mesti buka satu-satu transaksi diplatform bank A, B, C, dan D. Dengan open banking, cukup buka 1 app, lu bisa transfer atau lihat transaksi dari rekening dibank tersebut. Gampang kan, gausah kontrol manual.

  3. Excel cukup straightforward
    Gue bukan mau liat pengeluaran mendetail per hari, per minggu. Fungsi excel lebih dari memadai untuk refleksi uang gue kemana aja, sekaligus projeksi, ratio tiap kategori dan perbandingannya dengan pemasukan gue. Handy dan bisa dibuka di HP/computer.
Alasan 1 dan 3 tentu bisa direplace dengan app tertentu yang punya fungsi catat expenses dan income seperti Money Manager. Tapi gue belum nemu yang sempurna, so I'd do it the old way.



Melanjutkan post Gaya Hidup Baru soal 4 poin tips kelola keuangan dasar, gue mau menjelaskan step-by-step yang gue lakukan.



Gue pake excel sheet yang fleksibel, mudah dimodifikasi, untuk melihat pos pengeluaran dan pemasukan.

Pengeluaran dibagi jadi seperti ini. Gue mengelompokan ke kategori yang memudahkan gue aja. No rules. Intinya dilihat per item, ini tiap bulan, atau sesekali? Ujungnya semua gue akan hitung per tahun. Kenapa per tahun? 


Biar bisa menghitung secara rata, termasuk ke pengeluaran yang sesekali aja. Kaya gue bayar asuransi itu per tahun, beli buku gak tiap bulan, beli make up bahkan belum pernah selama 6 bulan terakhir. Tapi items tersebut ada, meski ga bisa dilihat secara langsung pengaruhnya dalam pengeluaran gue dalam sebulan. Lebih masuk akal kalau hitung total per tahun.

Membuat list expenses ini.... Lama. Maybe karena gue juga belum tahu gue maunya apa saat mulai bikin. Modifikasi beberapa kali.

Berkaca dari gaya hidup saat ini, gue tuh ngabisin uang untuk apa aja ya? Lalu, 6 bulan ke depan kira-kira bakal seperti apa ya? Hidup akan stagnan atau ada perubahan, misalnya pindah lokasi kos/kantor yang merubah moda transportasi? Akan menikah jadi ada pengeluaran untuk bolak-balik ketemu vendor dan beli persiapan hari H? Atau mungkin mau persiapan S2, jadi bakal keluarin uang untuk ambil kursus dan test wajib seperti IELTS, GMAT, GRE? Ini dipikirkan diawal.

Tips berikutnya, meski namanya 'expense', gue tetap memasukkan porsi tabungan dan investasi didalam excel sheet ini - untuk alasan praktis aja. Bisa dipisah, tapi belum. Tujuannya kan mau lihat uangnya kemana aja - kalau ternyata diakhir tahun masuk ke dalam pertumbuhan asset ya gapapa. Pertumbuhan asset tahunan beda lagi sheetnya (dan jauh lebih ribet karena banyak maunya HEHEHE).

Ini sekilas sheet pemasukan gue, dengan penuh sensor tentunya.



Lagi-lagi endingnya semua dibuat per tahun. 
Kenapa? Karena banyak penghasilan tidak tetap. Kali ini buatnya dua versi, realistic & tight. Realistis tuh sambil berdoa semoga penghasilannya stabil diangka sesuai proyeksi. Kalau tight maksudnya seandainya pos pemasukan tidak tetap yang diharapkan ternyata ga berjalan baik, ini versi pemasukan yang lebih rendah. Mau bikin versi optimis dengan projeksi sangat tinggi juga boleh muehehe.

Ini akan relevan buat teman-teman yang sumber penghasilannya ga cuma satu. Misal sambil jualan. Atau sambil investasi saham dan berharap pada dividend. Gue taro kolom description biar ga ketuker aja akunnya atau ini lagi ngomongin apa sih. Tapi karena gue nulis too detailed, jadi gue sensor ya.

Kolom persentase dilihat untuk self review aja - kerjaan gue (selain main job) yang cuan yang mana? Terus investasi yang menjanjikan yang mana? 

Tips soal pemasukan, gue sih masukin perkiraan capital gain dari investasi yang akan gue realisasikan. Misal lu taro 1 juta di P2P, dan lu memperkirakan returnnya akan 100ribu rupiah dan mau lu cash out (bukan direinvestasikan), maka gue input 100 ribu sebagai capital gain. Tapi kalau lu ga cashout, misal investasi saham jangka panjang dan reksadana, yang akan dibiarin aja sampe beberapa tahun, gue ga masukin sebagai pemasukan. Ini akan gue hitung di sheet pertumbuhan asset tahunan. 

(Wow only now I sound like a business school graduate...)

Nah 3 hari gue diinvestasikan untuk buat berbagai sheet baru, karena gue merasa cukup shock liat excel sheet gue dari 2018 cuma cover pertumbuhan asset dan dokumentasi (sebagian) penghasilan tidak tetap aja. Emang karena merasa sangat aman saat jadi mahasiswa, gue gak pernah review pengeluaran secara detail sebelumnya. Cuma sekilas lewat Kakao. Gue cuma peduli direkening saham harus ada sekian juta (target naik setiap tahun), rekening dana darurat ga boleh kurang dari sekian dan tanpa hutang. Selama 3 poin ini masih tercapai, gue merasa bebas keliling dunia pakai semua sisa asetnya.

Tapi untung gue ga terlalu boros, jadi ga pernah sih sampe mepet banget. Kecuali saat abis bayar haji muahaha. 



Step berikutnya adalah pemisahan rekening.
2021 kita kenal Bank Jago yang bisa buat kantong-kantong tersendiri, atau Jenius yang punya flexi saver, jadi sebenarnya 'pemisahan' rekening dalam arti tradisional bisa kurang relevan. Intinya adalah uang harian dan uang tabungan jangan tercampur. Setiap orang punya caranya masing-masing. Kabar baiknya, makin banyak rekening bank yang biayanya 0.

Gue selalu punya banyak rekening, karena.... Suka coba-coba. Gak perlu impulsif seperti ini, cukup sesuaikan dengan kebutuhan. Bank digital ini sepertinya belum ada yang terkoneksi dengan RDI/rekening saham, so kalau berencana investasi, bisa deh tambah satu rekening lagi. Atau disesuaikan, karena gue sendiri punya lebih dari satu RDI, ada untuk invest dan untuk trading. 

Asumsi lu hanya ingin menyimpan uang tanpa produk investasi (jadi hanya ditabung), rekening lain yang mungkin diperlukan adalah rekening keinginan, yang berbeda dengan rekening tabungan. Misal khusus untuk modal usaha. Atau untuk S2 etc. 

Nah ini berhubungan dengan poin ke empat. 
Buat rencana jangka panjang, nabung itu selain sebagai uang pegangan, mau untuk apa? Bagaimana bisa mencapainya? 

View gue kalo lu punya keinginan, usahakan untuk mencapainya. Kalau terasa sangat jauh atau impossible? Change the plans, never the goals! Misal sekarang penghasilan 60 juta pertahun, umur 22 tahun. Mau punya 1 miliar pertama dalam 5 tahun. Seandainya gaji tiap tahun naik 30%, penghasilannya tahun ke 5 jadi 171.37 juta.

Nah asumsikan tiap tahun lu investasiin 40% dari penghasilan, dan selalu dapat return 20% (disclaimer: sangat tinggi, susah dicapai), diakhir tahun ke 5 investasi lu bernilai 352 juta. Masih kurang dari 1M. 


Penjelasan tabel: penghasilan nett (THP) naik 30% tiap tahun. 
Tahun pertama invest 24 juta, return 20% jadi 28.8 juta. Tahun kedua invest 78 x 40%, return 20% jadi 37.4 juta, ditambah investasi tahun pertama 28.8juta + return 20% dan seterusnya. (compounding)

Jadi mungkin caranya selain cari pekerjaan yang bergaji tinggi, bisa naikkin penghasilan dari berbagai sumber lain. Misal tahun kedua, pindah kerja dengan annual 120 juta (2x lipat) - realistis kah? You decide sendiri. Gue merasa kalo ada goal yang terukur, lebih mudah untuk bisa buat rencana mencapainya step-by-step. Buat aja projeksi pesimis, realistis, optimis. Tentu akan selalu ada faktor X, dalam arti negatif dan positif. Bisa aja ditengah-tengah ada ujian yang mengeluarkan budget besar, atau ditengah jalan dapat bonus besar.



Ketahui apa yang lu mau capai DAN profil resiko lu. Ini akan menentukan seberapa toleran lu terhadap kerugian, karena ingat, HIGH RISK HIGH RETURN. Kalau lu ga nyaman berinvestasi diaset yang volatile atau ga stabil, jangan. Masih ada cara-cara lain untuk mencapai target finansial yang diinginkan seperti kerja bagai quda, nabung ekstrim, dan lainnya. Tergantung target, biasanya semakin kepepet akan semakin kreatif. 


Terakhir, fokus aja dengan target sendiri. Ga semua orang mau beli mobil dan rumah, ada juga yang maunya kerja 3 tahun, liburan setahun tanpa pusing pikirin income. Atau yang cita-citanya cepat kaya agar bisa kasih fasilitas terbaik untuk anak. Motivasi orang beda-beda. Kalau lu kenal diri sendiri, lebih sulit goyah karena FOMO atau ketakutan ketinggalan trend. Ikut trend boleh, asal bisa menanggung segala resikonya. Banyak kok yang sanggup kehilangan uang diinvestasi tertentu, karena profil resikonya memang agresif.

Sekian sedikit sharing dari 3 hari gue berusaha mengatur keuangan. Semoga membantu! Kalau mau template excel expense/income projection, message aja via sosmed.

No comments:

Post a Comment