Tuesday, April 9, 2024

Q1 2024: Full of Tears

3 bulan pertama di 2024 sudah terlewati dengan penuh tangis. Idup gue lagi banyak galaunya. Galau karir, galau hati, galau keuangan. Tema besarnya ga berubah dari post sebelumnya.

January

New year di Korea. Main sampe pagi sama Kya n Kak Arida. Pulang, kerja. Banyak projek penting. Dinas ke Purwodadi, gue happy banget karena pengalaman baru dan bisa reconnect sama Eyang TANPA distractions. Gue ke rumah Eyang karena gue sakit pas Christmas. Gue ternyata memang lebih jago connect 1:1 daripada dalam keramaian.

12 Januari gue dapet kabar baik. Belum selesai, masih berjuang, tapi seengganya ada sedikit kelegaan. 15 Januari gue ada sesi mentoring sama my best mentor at work. He shared me his perspective yang menguatkan. Ini good news, ditengah gempuran realita hasil ujian gue yang jauh dari harapan. Beliau bisa spot keraguan dan pertanyaan yang gue punya, meskipun gue ga bilang. Seperti umur, dan pertimbangan biaya, yang awalnya gue rasa 'minor', tapi bukan berarti gak gue pikirin.

Hal besar yang harus diinget tuh ke Vietnam. Awalnya banyak drama yang gue simpen sendiri. Gue mau ke Vietnam sama temen SD, SMP, SMA tuh murni untuk jalan-jalan. Eh last minute, temen gue dari circle cewe 30 banyak galau mau ikutan. Gue ga punya kapasitas untuk handle mereka dan gue harus jujur. Gue gak bisa stretch. Tujuan utama gue pure mau vacation. Gue stress karena buat gue, klien utama gue ya temen SD, SMP, SMA yang udah komit duluan. Beruntung akhirnya semua baik-baik dan akur-akur aja. Happy. Fulfilling.

February

Masih banyak galaunya. Gue banyak stress dan nangis mikirin perasaan sedih dan patah hati, karena conversation yang gue alami di akhir Januari, di Vietnam. The only time gue bisa lupa tuh saat gue ambil license advance open water di Boracay. Iya, lupa karena capek banget. Diving kan emang physically very draining ya. Jadi gue ga ada energi buat merasa sedih.


Kemudian Ry dateng di minggu ke 3, sebelum dia mulai kerjaan baru. We had a really good weekend. Gue bahagia banget bisa spend time sama Julmar, Ry, Bunga n Bondan. Semua sayang Ry, jadi semua mau meluangkan waktu buat Ry. Ditengah waktu sama Ry, salah satu temen gue kontak untuk diskusi masalah dia dengan teman dia yang lain. I gave him my most attention and effort in my replies. To which, Ry nanya "Lu lagi hectic sama kita, lu tetep bisa bales dia dengan full effort kaya gitu? Dia tau gak?"

Ngga. Dia gatau dan gak consider itu. Disini gue mulai merasa tervalidasi. I don't feel seen. I am doing a charity.

Februari hectic dengan segala urusan paperwork yang bikin nangis. Tetep sabar, meski kayanya isinya nangis terus. Mau diapain lagi. Harus dihadapi kan?

Good newsnya selain jalan-jalan ke Boracay, gue juga mulai nari tradisional lagi sama Metta dan Tyas. Bener-bener jadi waktu buat melepas stress dan seneng-seneng tanpa beban.


March

31 hari yang kaya naik endless roller coaster tapi kebanyakan terjunnya. Gue mulai ngurus dokumen di Seoul dan itu ga mudah. Lalu gue banyak mendapat kabar yang 'setengah baik' soal karir gue. Kaya dapet kesempatan besar, eh ternyata belum waktunya jadi ga bisa diambil. Dapat pengakuan dan penghargaan, eh tapi dibonusi tanggung jawab yang lebih besar lagi. Dapat kerjaan yang super fun, tapi waktunya tabrakan sama komitmen lain. Bener-bener banyak 'hampir'nya.

Awal Maret, gue beat my trauma dan kembali ke Bangkok. Beneran gitu aja, not fun. Banyakan marah-marahnya. Tapi I have seen this pattern di Ry tahun lalu. Karena dia stress, dia jadi susah tidur dan banyak komplain. Kayanya gue lagi melalui fase itu. Gue susah tidur, dan kalo kebangun yaaa grumpy. Gue merasa postur tidur gue juga butuh diperbaiki.

Bulan Maret ini ada banyak perubahan besar di kantor. Gue pasti affected. Gue punya tanggung jawab baru yang lebih besar. Distracting in a positive way sih, cuma tentu jadi lebih capek juga. Also gue notice hubungan gue dengan kolega-kolega muda masuk ke fase baru alias lebih renggang n ganti orang muahaha. Mungkin karena gue dan mereka jadi lebih sibuk juga. Biggest change yang harus gue lalui adalah kehilangan mentors, pake plural. My best mentor at work pensiun dini untuk ganti haluan hidup, sedangkan boss yang satu lagi pindah bagian. Dinamikanya baru, gue mesti adaptasi.

Akhir Maret, gue ke Maroko via Paris dan pulang via Milan. Ini visit ke Marrakesh for the second time, kali ini with 2 male friends, Ridwan dan Ko Victor. Gue emang penasaran pengen enjoy Maroko, karena gue yakin negaranya bagus, tapi gue butuh ke sana sama cowok biar merasa aman. Yes, beneran beda banget visit sendiri vs visit sama cowo. Gue merasa aman, ga perlu mikirin safety. Mikirin yang lain aja.

I had fun in Marrakesh. I enjoyed the city. I had good conversation with Ko Victor. I was able to say a part of what I wanted to say to Ridwan. The conversations I had reaffirmed me this point:

3 bulan pertama 2024 rasanya banyak downnya. Gue belajar lebih jujur lagi sama temen-temen gue, openly asking for help. Gue jujur gue lagi ga fit, lagi butuh bantuan, lagi butuh didoakan. Gue merasa lebih baik memproses emosi negatif. Gue lagi desperate dan instead of spiraling down in desperation, sebisa mungkin gue bantu orang aja. 

Sebagian besar dari roller coaster yang gue rasain ini bersumber dari rencana professional dan kepuasan hubungan personal. Rencana professional ga bisa diapa-apain selain diusahakan dan didoakan. Kalau hubungan personal, gue lagi berpegang teguh sama pentingnya komunikasi kebutuhan gue, jaga boundary yang gue punya, dan percaya kalau tindakan orang lain mencerminkan perasaannya. Ga perlu ditelaah lebih dalam dan pakai asumsi-asumsi. Kalau masih ga puas, tinggal tanya.


I don't feel seen. I have to voice it out. I have to initiate discussions. Kalau ga bisa dan ga ada perubahan, I don't have to feel bad to let go. Gue berharap Q2, Q3, Q4 lebih indah lagi.

No comments:

Post a Comment