I forced myself to sit down and write, dari Coron, Philippines. Rasanya kalo ga gini, gue ga akan punya waktu dan kesempatan untuk mencerna semua hal yang terjadi di sekeliling gue.
Januari
Bulannya menulis apresiasi ke banyak orang.
I wrote one to my big boss, the one who recruited me. His reply was an interesting one. If he were not my big boss, I would address him as a sunbae (senior). He basically said in an encouraging tone that there are milestones to achieve ahead and I have to believe the journey. Maybe gue bisa tergoda liat kanan kiri for extra money or higher title, tapi at this point, yang gue butuhkan itu belajar + upskill.
Gue setuju.
He also spent 2.5hrs during lunch time to talk to me before I left for my vacation. Banyak banget yang gue pelajari, menguatkan how grateful I am that he is my boss.
The rest? Highlight Januari gue ya kerja ditengah winter dan liburan ke Norwegia + Italia. Sempet juga ke Swiss yang mepet Italia untuk pertama kalinya.
Akhirnya gue punya temen-temen buat explore Europe. The trip was memorable. We were a group of 7, I met some of them for the first time di Milan or di Tromso. I was the youngest, I had no role dan kayanya very minimum contribution juga. These koko cici really took a great care of me. Gue bersyukur akhirnya bisa explore Norway, daerah dan negara yang ga bisa di explore sendirian. Gue melanjutkan perjalanan ke Italia, my happy place, sama Ci Nita dan Ko Adi. I have been to Italy too many times, tapi this time juga beda cara travelnya.
I learned a lot from this trip. Cocok ga cocok travel, how to treat your travel partners better, dan how to be a useful member (I was yet to contribute anything meaningful).
Kerja ditengah winter presented some challenges. Realistically, some days were too cold dan gue ga semangat. I am not a winter person. I remembered working with a view from our airbnb in Lofoten dan nangis beberapa jam karena... gue capek. Gue stuck dengan angka closing (kerjaan) yang gue punya, gue ga paham gimana cara file ini bekerja dan gue lembur seharian sampe jam 2 pagi waktu Korea. Gue mulai kerja jam 9 pagi KST btw, meski lokasi gue di Norway. Gue ga benci pekerjaan gue, tapi gue masih ga setuju sama K-corp culture.
Februari
Wrapping up my K-kabupaten life dan kerja bareng my friend from uni. Gue rasa best thing that happened to me in February was when I got tix to see my favorite musical actor ever tanpa disengaja, dihari spesial dia.
Beneran merasa bersyukur. Gue emang pengen nonton Hong Kwangho sekali lagi sebelom pulang. Tapi siapa sangka sih caranya penuh plot twist? Dia tiba-tiba gantiin aktor lain yang sakit. Aktor tersebut shownya ga sold out, gue jadi bisa beli tiket first floor. Sesuatu yang sulit banget, sepanjang 10 tahun gue ngefans sama Hong Kwangho.
Sisanya? I remembered days full of lembur. Licin jalan ke kantor. Dingin.
Maret
Balik ke Indonesia dan full on traveling tiada henti.
Sempet weekend in Manila doing nothing bersama Cici dan Koko. Terus ada-ada aja cerita idup mudik ke Yogya dari Jakarta, tapi via Surabaya. Di Surabaya beneran ga ngapa-ngapain, gue sampe Surabaya murni karena kehabisan tiket. Full tidur doang di rumah Kak Anung. Itulah hikmahnya ya, jadi bisa ketemu dan ngobrol sama Kak Anung. Kuota setahun sekali ke Surabaya juga jadi tercapai.
A random thing this month, I had an encounter with a guy. One encounter yang membuat gue mempertanyakan intensi dan real traits dia. Not in a romantic way, interestingly. This guy is stable, but does not seem to be mature. He is a leader at work, but does not seem to play a leader role at home. I was intrigued, I was curious, I was not feeling comfortable yet I was drawn into him. I could spend hours talking to him, but I wouldn't feel energized after. I somehow had a feeling that this guy would not bring a good energy around.
Highlight lain adalah 3 hari berturut-turut melayat ke rumah duka buat Mama Ci Metta. Kamis gue visit ke RS, Jumat mamanya berpulang. Dari Jumat-Minggu, gue selalu ke rumah duka dan bahkan ikut rombongan melarung. Ini semua terjadi di bulan puasa. Ga ada yang 'ngajak' gue, gue merasa Ci Metta is a great work friend dan gue terenyuh sama satu perkataan Ci Metta saat nunggu Mamanya di ICU.
"Jangan tinggalin Metta ya. Besok temenin lagi ya"
The courage to be vulnerable and to ask for help.
Gue merasa trait itu sangat admirable. She was asking for help in my language. Minta ditemenin. Beneran in a plain language. Ga ada basa-basi. She didn't specifically ask that to me, tapi sebagai orang yang akan menggunakan cara dan bahasa yang sama ketika meminta bantuan, gue pun komit buat hadir di masa kedukaan.
Yang terpikir saat itu, mumpung bisa. Mumpung ada kesempatan.
Bersyukur juga gue ada di Jakarta saat semua terjadi.
April
Cegil beneran urusan traveling. Setelah selesai mudik lebaran, gue pamit pulang duluan very early. Buat apa? Buat ke Malaysia dan Brunei sama Tante Boss. Mak gue bahkan gatau kalo jadwal gue setelah lebaran sangat amat hectic. Gue santai-santai doang no schedule di Kota Kinabalu. Terus 1 hari transit di Brunei, reconnect dan jalan-jalan sama Shi Mei seharian. Bermalam di Kuching, supper sama John.
Sekembalinya dari Kuching, harus segera ke Korea buat dinas. Gue ga sempet balik, too risky. Gue cuma ganti koper di airport, dibawain pake taksi. Terus? Lansgung terbang ke Korea. Cuma sebentar, balik Jakarta. Ga sampe seminggu, lalu ke Australia. Australia was not a fun place, tapi gue cukup happy purposenya kesampean buat ketemu temen-temen.
Setelah itu? Kerja sebentar, then off to China.
Orang gila sih memang.
Gue bersyukur banget sampe di titik ini. Bisa balik dinas luar negeri, padahal baru balik ke Indo, itu blessing buat gue. Gue suka dinas luar negeri, meski gue beneran too serious kalo urusan kerja. I normally udah ga punya sisa energi buat hal diluar kerjaan. Kalo di Jakarta, lembur paling sampe jam berapa sih? Di Korea, gue bisa jadi orang pertama yang buka pintu kantor, dan pulang jadi orang terakhir. Tapi ini high mobility yang gue inginkan. Exposure lebih sering dan lebih dekat dengan atasan direct gue juga jadi sesuatu yang sangat gue syukuri.
Mei
Gue mengawali bulan di China bersama Cici Koko dan Kak Arida. Tetep menjadi maknae useless.
Minggu berikutnya gue ke Fukuoka, Japan buat liburan keluarga. Tapi mak bapak gue ga ada yang bahagia. Fukuoka is not a great place for our family trip. Highlightnya cuma ke museum toilet.
A confusing month. I did not enjoy my May. Tapi kemudian diingatkan, di bulan Mei ini Yan dateng ke Jakarta, Ilen got married dan gue bisa balik ke destinasi favorit gue di Indonesia. Jadi sebenernya penuh syukur dan selebrasi juga.
I think I should write a specific post about my May 2025.
Juni
Per bulan Juni ini, I committed to a strict diet to dive better in Palawan.
Goals achieved, dietnya berhasil bikin gue mudah tenggelam pas diving. I felt happy and accomplished.
Gak mudah, selain karna keterbatasan waktu, gue lumayan mindful sama budget dan stamina. Gue gamau terlalu capek. Gue pekerja korporat sering lembur, udahlah masa liburannya juga hectic? Terus problem lain diluar kuasa gue adalah hujan. Bulan Juni tuh musim ujan di Philippines.
Expedition 3D2N gue baru dikonfirmasi H-2 karena low demand dan cuaca ga menentu. Diving? H-1 diving baru bisa dipastikan, lagi-lagi karena cuaca. Luckily, dua prioritas ini semua tercapai dengan sukses. Ambisi foto-foto di danau atau lagoon gue tahan dulu, karena gue merasa fisik gue udah hampir hit limit. Diving gue memang sukses dan menyenangkan, cuma gue ada nosebleed dan lendir berdarah setelah ascend. Gue jadi mindful sama limit fisik gue dan mau collect surface time (beneran surface, alias tahan dulu ga berenang) sebelom balik.
But well, I achieved my priorities. Setelah ini, gue punya bigger goal. I want to fit the dress I bought in Milan last January on my birthday - jadi ada 2bulan+ left. Sebenernya ga akan terlalu sulit sih, if I know how to stop traveling.
Tema utama gue selain diet? JJ20 Final Lap di Seoul. More on this later.
Overall, semester pertama di 2025 ini rasanya membingungkan.
I feel like I did not really accomplish anything, tapi gue juga melihat bagaimana gue grow and develop dari cara gue menghadapi masalah. Lebih multidimensional. 2025 masih ada 6 bulan lagi. Big goals gue, gue pengen HSK 4. Ini susah dan selalu gue tunda-tunda, mungkin karena gue ga merasa kepepet. Ga ada urgencynya. Tapi gue pengen dan mau berusaha?
Selain itu, to live a fitter life. Setelah di laut 4 hari buat berenang, snorkeling, diving ampe mabok, gue merasa gue senang dengan dunia ini. Open water adalah tempat yang selalu ingin gue tuju, mau balik lagi. Corporate life mungkin susah, tapi gue mau mengusahakan journey itu. Gue mau idup deket air.
Feeling stagnant? Ngga juga. Looking back, ada banyak sekali hal yang terjadi dalam 6 bulan terakhir ini. Semuanya meaningful.
Berbeda dengan 2024, gue ga nangisin stuck karir, feeling helpless atau patah hati. Overall energi gue lebih baik, meski gue lebih berat (sisa-sisa tinggal di Korea that I was not proud of) dan I am experiencing hair loss now(again, berkat lembur di Korea). Gue merasa ini journey yang panjang, harus sabar. Gue bisa sabar 5 tahun sebelom bisa pindah ke 'dream role' gue. Berarti gue masih bisa dan mampu berjalan jauh untuk bigger professional goal gue, yang lebih sulit lagi.
So I think I want to be ambitious for the rest of 2025.
Live a fitter life, HSK 4, prep for bigger career move in 2026.
No comments:
Post a Comment