Monday, May 26, 2014

Prom Regina Pacis 2014: Behind The Scenes

Gak disangka, ternyata prom tahun ini memang pecah banget and I truly enjoyed my time. Now that I'm thinking, how could I have thought of not going?

Gue memang gak terlalu senang datang ke party-party dan gue merasa malas untuk mencari outfit yang tepat untuk prom, apalagi dengan ukuran badan yang gak standar dan tema yang luar biasa - Touch of Midas.
Sejujurnya, saat pengumuman tema prom, gue ga ngerti Midas itu apa atau siapa. Hehehe. Ternyata karakter yang kalo megang apapun jadi emas, toh.

Rencana ke Wakatobi tanggal 20-25 Mei dan limit bagasi 10kg pun membuat gue harus mensiasati packing yang tepat karena gue dijadwalkan landing pukul 6 sore sedangkan prom mulai pukul 5. So, saat hunting pakaian, dress-dress berat dengan payet berlimpah jelas gak masuk pilihan.

Akhirnya gue, Tyas dan Ghea sepakat untuk ke Mangga Dua. Sebenarnya lebih ke arah gue yang ajak mereka dan mereka iya aja, sih. Akhirnya setelah berjam-jam mencari dress yang tepat di ITC Mangga Dua, gue malah memutuskan buat beli crop top leopard karena cuma itu yang paling 'gold' dan PALING RINGAN. Gue juga udah punya rok super ringan dari H&M Japan yang gak pernah gue pake sebagai padanannya.

Meski sudah settled dengan outfit, gue masih enggan untuk datang. Alasannya takut ribet, venue jauh, takut gak keburu dari airportt dan macam-macam. Tapi ternyata trip ke Wakatobi dibatalkan dan gue gak harus rush dari airport, bisa santai siap-siap di rumah.

Hanya saja trip itu diganti trip ke Aceh dan Medan yang terkenal dengan kulinernya yang mantap. Artinya gue membabi dalam waktu kurang dari semingu dari prom, padahal crop top leopard itu sudah sangat sesak -_-

Tapi karena banyak orang (terutama temen-temen yang bukan dari RP) nanya, "Lo jadi ke prom kan?!", gue jadi termotivasi (atau tertantang?) untuk datang dengan cara paling gak biasa - dari rumah Luluk di Kabandungan yang kira-kira 3 KM ke venue. Entah kenapa gue mikir itu lebih baik karena lebih dekat ketimbang berangkat dari rumah. Padahal toh gue bisa minta anterin dan malah bakal ngerepotin Luluk dengan ngemis-ngemis minta dianterin dan pake baju heboh naik motor. In the end, pilihan itu yang gue ambil. Emang temen yang gatau diri, as always.

Gue dateng ke rumah Luluk jam 2 dengan penuh keringat akibat naik angkot di siang bolong tapi baru siap-siap 10 menit menjelang Maghrib.


Ngapain lama-lama toh gak butuh waktu lama untuk  menata 'rapi' rambut gue dan cuma pake basic make-up.

Setelah siap, tantangan berikutnya adalah untuk pergi ke venue dengan motor besar Luluk - tanpa helm dan masih pakai legging casual.

Ajaibnya, ternyata Luluk belum pernah naik motor di jalan yang dia pilih. Jalannya gelap, rusak parah dan membuat gue meragukan keselamatan gue, bukan sekedar dandanan atau rambut. Syukurlah gue tiba dengan utuh di venue setelah sebelumnya mengganti rok yang ternyata super pendek itu di toilet Indomaret sebelah venue. Luluk bahkan gak mau anterin gue sampe lobby dan gue terpaksa jalan ditengah terpaan angin dan rok yang berkibar-kibar. I can say gue adalah satu-satunya siswa perempuan yang naik motor ke venue prom dengan dandanan ready. Kebayang gak sih kalo udah invest mahal dan waktu yang banyak di salon terus semuanya dihancurkan oleh perjalanan dengan motor? Hahaha. Tapi bener deh, pengalaman itu adalah pengalaman terseru dan terdahsyat bersama motor Luluk.

Yang mengherankan, gak ada yang mencurigai tatanan rambut gue. Padahal gue nyisir rambut belakang pun enggak, muahaha.
5 jam setelah naik motor
Baru setelah beberapa orang notice jepit yang gue gunakan, mereka akhirnya sadar kalau rambut gue saat prom ga ada bedanya sama rambut gue saat mau mandi.

Jepit plastik Rp 7000 kesayangan gue
Setelah sukses dengan prep macam ini, gue pun berpikir untuk terus melakukannya demi penghematan waktu, biaya dan tenaga. Hahaha.

Coming up : Hot boys at the prom!

No comments:

Post a Comment