Tuesday, June 3, 2014

SMA Regina Pacis: 2014 LULUS 100%

Gue gak henti-hentinya bersyukur dan menikmati keputusan gue untuk masuk SMA Regina Pacis, sekolah dimana gue merasa benar-benar belajar dan hidup. Gue gak terlalu peduli apa yang orang katakan, apalagi Ibu yang mencap Regina Pacis memberikan pola pikir ekstrim untuk gue. No, bukan soal keagamaan tapi soal cara memandang dunia pendidikan dan memilih sekolah lanjutan.

awal
Gue mencintai momen-momen di SMA Regina Pacis bahkan sejak pidato pembukaan pertama yang sangat singkat, padat dan berbobot. Agak berlebihan, tapi gue pernah terjebak di sekolah yang selalu menjual klaim sebagai sekolah terbaik namun nyatanya sampah dan rasanya gue bisa membuat perbandingan dengan pengalaman terkurung di sekolah itu.

Gue pernah bisa melakukan apa saja tanpa khawatir akan nilai gue.
Gue pernah bisa flirt dengan guru mana saja tanpa harus takut kehilangan nama baik.
Tapi gue memilih terikat dengan segala peraturan dan menaatinya dengan perasaan yang ringan, bahkan senang.


Hari ini, gue secara resmi sudah meninggalkan SMA Regina Pacis dan hanya ada 27 hari lagi sebelum kartu pelajar yang selalu gue banggakan itu expired. Untuk pertama kalinya, gue sama sekali gak excited keluar dari sekolah. Selalu ada pertanyaan yang sama, apa gue bisa menemukan institusi yang terasa ideal lagi untuk gue? Apa gue bisa merasa nyaman dengan semua ikatan yang ada di institusi yang lain?


Tapi mau tidak mau, gue harus siap dan gue akan menutup semua catatan kelam (aka bolos sampai 30 hari dalam waktu kurang dari 4 bulan) dengan suatu yang baik. Pride menjadi bagian dari Regina Pacis itu akan selalu ada.

No comments:

Post a Comment