Monday, September 22, 2014

e-Money di Indonesia

Sebagai anak yang telah dicekoki dunia perbankan sejak lahir, gue terbiasa untuk mengikuti gerakan-gerakan yang dicanangkan BI atau pemerintah. Gue inget banget tahun 2008, gue sangat menunggu tahun 2013 karena katanya BI akan redenominasi di tahun 2013. Artinya kita bakal punya satu set uang baru, yeay!

Tapi ternyata gagal... Penantian bertahun-tahunnya yang relatif stagnan berakhir mengecewakan dan gue pun shift focus ke gerakan lain yaitu Less Cash Society (LCS) Indonesia.

Gerakan ini sebenarnya penuh pro kontra. Modernisasi dan peningkatan efisiensi itu baik, tapi disisi lain LCS dirasa gak perlu-perlu amat karena bahkan negara semodern Jepang masih cash-oriented kok (that's what they cons group said). Gue sendiri sangat mendukung LCS. Awalnya memang karena keren apa-apa pake kartu (ampuni pikiran anak SD yang sangat shallow) dan bisa mencegah keborosan, kehilangan uang serta komputerisasi pengeluaran pribadi. Gausah sibuk nulis tiap hari gue jajan berapa ribu karena bisa tercetak di ATM.

Sebagai minor, akses gue terhadap LCS terbatas pada kartu debit dan prepaid atau e-Money seperti BCA Flazz, e-money Mandiri, MegaCash, BRI Brizzi dan yang terbaru BNI TapCash. Gue punya tabungan sendiri sejak umur 6 tahun dan menggunakan kartu debit sejak umur 9 tahun atau kelas 3 SD. Yeah, semuda itu. Awalnya gue punya rekening Bank Lippo tapi karena gak dikasih kartu debit sebelum 12 tahun, akkhirnya gue pindah ke Niaga. Terima kasih kepada Bank Niaga yang membuat tabungan Junior dengan penuh fleksibilitas pada awalnya. Ditengah jalan sih policynya ganti-ganti sampe gue sebel bukan main, apalagi teller dan CSnya jutek banget sama anak-anak dan anak muda.

Kemudian Flazz jadi tenar dan gue seneng banget karena banyak diskon! Selain itu juga ga ada diskriminasi untuk minor, ga perlu pake transaksi minimum, PIN atau tandatangan yang bikin transaksi jadi lebih simpel. Gue sering banget cuma punya uang cash dibawah 10ribu dan mengandalkan Flazz. Gue sempat begitu attachednya sama Flazz sampe gue pernah laper dan memutuskan untuk makan di A&W karena gue liat mereka punya mesin Flazz. Kabar buruknya, saat itu magnet Flazz gue rusak dan kartu gue gak bisa dipake transaksi! Akhirnya mas-mas A&W sempat harus mengawal gue ke ATM karena gue gak punya cash yang cukup untuk bayar transaksi senilai Rp 29.000 itu...

Gue pun mengurus kartu yang rusak itu karena saldonya masih cukup banyak. Karena saldo tersebut harus di debet ke rekening gue sedangkan saat itu gue gak punya rekening BCA, gue pun bikin rekening saat itu juga. Sangat mudah dan gak bertele-tele meskipun gue belum punya KTP karena masih 15 tahun. Kurang dari 2 minggu, saldo yang tertinggal di Flazz rusak tersebut sudah masuk ke rekening gue. The only unpleasant thing was to get that-stare from the customer service just because I was a minor.

Lucu kan? taken from fungisme.blogspot.com

Pengalaman gue dengan Flazz cukup baik dan memuaskan. Semua transaksi berjalan relatif mudah, dari starter pack, top-up dan pengurusan masalah-masalah semacam tadi. Cuma sempat sebel ketika ga ada sosialisasi bahwa kalau mau pakai Flazz untuk Commuter Line harus di aktivasi dulu, gak bisa langsung cuss. Gue juga suka dengan berbagai design Flazz dan bahkan punya beberapa Flazz karena lucu-lucu! Favorit gue Hello Kitty dan BCA Indonesia Open 2014 :D

Berikutnya e-money Mandiri. Gue gak terlalu sering pake ini kecuali untuk bayar toll dan Indomaret. Memang monopoli banget karena e-toll card cuma bisa pake Mandiri, tapi gapapa lah. Indomaret seluruh pelosok negeri juga sejauh ini selalu terima. Dari di Pulau Jawa, Makassar sampe Medan sana. Gue gak pernah mengalami masalah dengan e-money. Males juga karena gue benci sekali dengan antrian Bank Mandiri yang mengular tapi super lelet di cabang utama Juanda Bogor.


Lalu MegaCash. Ini gak bisa dipake dimana-mana selain mall punya Mega seperti Trans Makassar dan Bandung. Tapi tetep harus punya karena diskonnya super menggiurkan. Baskin Robbin 50%, coffee shop, dan berbagai merchant lainnya di TransMall. The good news is gue senang sekali ke TransMall Makassar. Gue tahan dari jam buka sampe jam tutup disitu sendirian dan MegaCash membuat gue jauh lebih hemat. Kalo bukan pecinta TransMall atau nasabah Mega sih memang ga ada alasan untuk pakai MegaCash. Selain karena merchant yang terbatas, top-up pun cukup ribet karena terbatasnya EDC dan ATM Bank Mega.


Kemudian BNI TapCash. BNI emang terbilang telat menerbitkan e-money. 2 tahun lalu gue sempet dapet prepaid card kosongan hasil kerjasama BNI dan Kimteng. Cuma kartu tersebut hanya terpajang di sudut meja saking ga ada merchant yang kerjasama dan gue bahkan gatau Kimteng itu dimana. Sekarang, BNI sudah rebranding produk e-moneynya jadi TapCash. Gue baru beli TapCash pertengahan September karena gue harus naik Trans Jakarta, gue lupa kalo sekarang TransJ sudah gak terima cash. Saking excitednya hari itu habis ketemu calon partner di Pacific Place (liat post ini, 11 September), gue juga gak inget kalo gue bawa Flazz. Akhirnya gue beli kartu apapun yang tersedia - ternyata TapCash yang diberikan.


Gue seneng banget punya TapCash karena di UGM ada BNI Food Park yang terima Tap Cash dan ternyata, naik kereta juga lagi promo kalo naik pake TapCash diskon 1000. Kapan lagi 3.000 bisa buat ongkos pulang pergi Bogor-Pondok Cina? :)))

Sebagai mahasiswa oportunis, gue pun minta Bapak untuk top-up TapCash gue ketika Bapak lagi di ATM BNI. Ternyata saldo tersebut gak masuk ketika dicek keesokan harinya di Food Park. Akhirnya gue pun langsung ke BNI cabang UGM untuk mengurus masalah tersebut. Awalnya gue sempet kesel karena butuh waktu kira-kira setengah jam hanya untuk mencari misteri saldo yang hilang tersebut (entah berapa permen Kino yang gue makan ketika gue nunggu mbak CS mengurus saldo gue itu). Belum lagi setelah saldo selesai diurus, ternyata si Food Park gak terima payment pake TapCash karena mesin rusak atau entah apalah itu - hanya bisa pake TapCash ketika ada bossnya. Pupus deh harapan hemat karena ujung-ujungnya gue harus tarik tunai juga dari ATM pribadi.

Belum pernah sekecewa ini dengan prepaid card/e-money, gue pun menyampaikan masukan lewat Twitter BNI. Unexpectedly, akun Twitter BNI sangat responsif dan tanggapannya memuaskan. Komplain gue ditangani dengan baik dan BNI cabang UGM pun bersedia meluangkan waktu untuk datang dan menjawab semua tanda tanya gue atas produk TapCash ini.

Mbak Ita dari bagian Customer Service yang datang ke rumah memberikan banyak informasi tentang TapCash. Ternyata TapCash memang masih dalam proses transisi, pengembangan dan pemasaran. Seprovinsi Yogyakarta kayanya TapCash baru diterima di BNI cabang UGM dan Food Park. Ke depan sih TapCash diharapkan bisa punya lebih banyak merchant - gak cuma di Jabodetabek tapi juga di Yogyakarta. Well, gue curiga mungkin hanya gue pelanggan yang bayar pake TapCash di Food Park :P

Kesimpulannya adalah Indonesia punya banyak sekali pilihan prepaid card dan e-Money. Sayangnya, saking ketatnya kompetisi, satu kartu gak bisa dipakai di banyak merchant sekaligus kecuali BCA Flazz yang memang sudah curi start dari bertahun-tahun lalu dengan jutaan promo dari parkir Rp 1 sampai limpahan diskon dimana-mana (terutama Hop-Hop). So far, BCA Flazz masih jadi favorit gue dan gue menantikan BNI TapCash untuk bisa menyamai persaingan, mungkin kali ini dengan diskon 50% di TransJogja? e-money Mandiri mungkin bisa lebih cepat berkembang tapi gue masih punya sentimen tersendiri karena Mandiri pelayanannya super lelet huhu.

Untuk yang gemar melihat deretan kartu warna-warni, ga ada salahnya sih punya semua prepaid cards ini seperti Bokap gue dan dapat guyuran diskon dimana-mana. :))))

1 comment:

  1. Emm bisa ga bca flaZ di top up pakai rek mandiriku? Dimana aja sih sebuah e money bisa di top up selain dari halte bussway? Kalau di atm bank yang bersangkutan pasti ada kan ya? Kalau selain atm dan halte busway dimana lagi ya? Makasih..

    ReplyDelete