Tuesday, July 30, 2019

Dibalik Perjalanan: Haji dan Karir

Gue hidup penuh planning berlapis-lapis, sampai level yang gak sehat. Seperti yang gue ceritakan sebelumnya disini, meski gue maju dengan say yes before knowing how, gue sebenernya punya fundamentals yang jarang bisa diubah. Gue selalu punya back up plan yang ga cuma sampe plan B, tapi bisa sampe plan  C, D, E dan last summer bahkan harus plan F.

Planning gue makin detail sejak gue pindah ke Korea. Kalender akademis tidak pernah berubah setiap tahun. Ditambah lagi gue punya libur 5 bulan setaun, gue bisa beli tiket pesawat sampai setahun sebelumnya. Gue datang ke Korea tahun 2015, gue udah punya plan tiap summer dan winter gue mau ngapain sampe 2020.

Gue inget banget 2016 summer gue mau ke Brazil, 2017 winter mau ambil semester pendek dan lalu jalan-jalan keliling ASEAN. 2017 Summer SEALNet + nonton konser Tiziano Ferro. 2018 Winter gue mau jalan-jalan di ASEAN lagi dan internship pertama. 2018 summer bertekad harus internship yang paling bagus, 2019 winter juga internship. Bukan haus atau kiau, ini karena gue punya grand plan di 2019 Summer, sebagai libur terakhir gue sebelum lulus kuliah. 2019 Summer gue mau haji, disaat manusia lain pilihan logisnya semester terakhir itu persiapan karir.  

Apakah semua berjalan lancar? Ngga juga. Rencana keliling ASEAN diawal 2017 malah bonus jalan-jalan di Eropa untuk pertama kalinya. Rencana 2017 Summer, malah ditambah internship. Tapi 2018 Winter ga jadi intership atau explore ASEAN, karena gue malah balik lagi ke Eropa, plus Srilanka dan Maroko. Gue awalnya mau mengorbankan rencana karir ini karena niatnya mau jalan-jalan sama temen, tapi last minute dia cancel. Susah gak udah merubah rencana untuk orang, malah orangnya yang batalin? Susah dong, tapi that is life. Ga selalu sesuai rencana.

Banyak up-and-down, perubahan dan ketidaksesuaian, seperti cita-cita yang hampir ga tercapai. 2018 Summer gue berusaha ekstra untuk dapetin internship, tapi belum jodohnya di tiga tempat pertama. Udah siap pulang dan online course aja, eh last minute dapet tawaran internship idaman tanpa harus daftar dari arah yang tidak disangka-sangka, plus business trip ke Vietnam. Padahal sudah bertekad stop jalan-jalannya, gue mau 2018 adalah waktunya fokus dengan karir. Ga cuma itu, gue juga dapet rezeki 'dikirim' ke Italia buat Chuseok, tanpa rencana. 

Self-control yang lemah membuat gue memutuskan untuk beli tiket sama teman-teman ke Italia buat Februari 2019 - disaat harusnya gue fokus dengan rencana dan strategi untuk internship. Tapi Tuhan baik dan maha mendengar, ditambah gue percaya kalo gue fokus dengan goals gue, semesta akan membantu. 4 bulan setelah beli tiket, gue dapet internship yang jadwalnya berakhir awal Februari. Sama sekali ga mengganggu rencana jalan-jalan gue ke Italia. 

Ya belinya juga dari awal udah mempertimbangkan dan pake skill sih, "Internship paling lama 6 minggu, libur itu ada 9 minggu. 2 minggu terakhir aja liburannya."

Lalu yang terakhir, grand plan Haji gue. Gue menjatuhkan tanggal 2019 Summer itu logikanya sederhana: gue cari tanggal pertama dimana periode haji jatuh pada periode libur Summer. Satu-satunya kemungkinan hanya tahun ini, 2019. Karena tahun 2018 masih bentrok dengan semester aktif, dan tahun 2020 gue ga tau gue dimana. Gue bisa aja kerja di Indonesia, yang artinya gue harus antri belasan hingga puluhan tahun untuk haji. Atau bisa aja masih di Korea, tapi ga bisa cuti hampir sebulan untuk ibadah. Kesempatannya perfect di tahun 2019.

Tapi ga semudah itu. Gue tahu single woman ga bisa haji sendirian. Ortu gue ga mungkin berangkat dari Korea karena ga ada visa tinggal. Ada beberapa cara untuk bisa memasukkan nama gue jadi anggota keluarga siapa gitu, biar bisa dianggap mahram. Tapi ternyata teknisnya super sulit, kalo dicoba pun harus merepotkan orang lain. Gue gamau. Niat ibadah gue kalo belum direstui ya ga usah maksa. Jadilah diawal tahun gue menerima fakta bahwa gue ga bisa berangkat haji tahun ini - kecuali gue nikah.



Honestly, I've thought of this possibility: nikah aja sama random Korean guy on paper only. Terus kalo berizin suami, bukannya boleh pergi? Toh legal paperworknya ga susah? HAHAHAHA tapi ya kemudian sadar diri lah! Masa mau ibadah tapi pake nikah kontrak.

Tapi suatu keajaiban datang di bulan April. I do not use the word keajaiban a lot, but this really felt like magic to me. Tahun ini, single woman boleh berangkat haji dari Korea sendirian. Dikatakan bahwa peraturannya berubah-ubah, tahun depan belum tentu bisa lagi. Gue langsung daftar dan gue langsung transfer DP sehari setelahnya. Jadilah perjalanan menuju haji gue dimulai.

Lancar? Ga juga. Untuk haji ini, tentu gue melewatkan banyak kesempatan berkembang karir. Internship yang dulu harus dicari, tahun ini malah menghampiri - disaat gue ga bisa komit. Gue punya pilihan-pilihan internship super wah, tapi gue ga ada keraguan untuk say no. Mungkin karena memang haji sudah jadi prioritas dari hampir 5 tahun lalu. Haji atau karir? Mungkin gue terlihat career-oriented, tapi saat ini gue ga ada moment of hesitation to pick haji. Not even when my advisor said, "Ini kesempatan terakhir untuk internship persiapan karir loh, pilgrimagenya ga bisa jadi winter aja?"

Mohon doakan kelancarannya. By no means gue merasa gue sudah baik beribadah atau insan idaman. Tapi gue merasa disayang Allah karena diberikan kelancaran dalam setiap usaha gue, dan tentunya penuh syukur karena bisa mendapat 'undangan' untuk kembali ke Tanah Suci. Semoga gue bisa kembali menjadi manusia yang lebih baik lagi. 

1 comment: