Monday, November 18, 2019

Cari Kerja #2

Gue baru mencapai prestasi baru dalam hidup: ikut interview calon karyawan Korea di perusahaan Korea, disaat umur gue jauh lebih muda dari mereka dan belum lulus kuliah. Humble brag much? Bisa jadi. Gue sendiri merasa kaget dengan tanggung jawab yang diberikan, so gue menganggap ini sebagai achievement. Tapi ada cerita yang jauh lebih dalam dari itu: gue jadi tahu bagaimana orang lokal cari kerja dan kenapa semua orang di negara ini menganggap cari kerja adalah hal yang super sulit.

Pertama, cara cari kerja.
Ada job portal yang cuma bisa dibaca lokal, atau residen Korea. Kenapa? Karena mau login aja pake 본인인증 alias lu harus terdaftar legal di Korea dengan nomor HP Korea (yang konek dengan ID Card lu). Informasinya juga pasti 100% Bahasa Korea dan ada asumsi yang baca juga 100% warga lokal. Dari sini bisa terlihat demografi pendaftar, seperti umur dan jenis kelamin. 100% akurat, kan konek sama KTP.

Daftarnya sama kaya jobstreet lah, bisa langsung pake CV yang sesuai format website atau bisa attach luar. TAPI banyak banget company yang minta lu untuk email itu CV sesuai dengan format mereka. Lu bisa download juga disitu.

Kedua, format CV.
Kaku banget kotak-kotak gitu, ga ada space yang berarti buat menjelaskan pengalaman hidup. Tanggal lahir dan foto nyaris wajib hukumnya. Perusahaan gue juga minta hobi dan alamat. Kolom lain yang berbeda adalah minta list volunteer atau ekskul, sertifikasi (bukan sembarang sertifikat, lebih kaya license gitu) dan list pernah menang award atau lomba apa aja.

Ga ada cover letter, adanya perkenalan diri. Tiap perusahaan beda, tapi biasanya nanya kelebihan kekurangan, alasan daftar sama rencana bekerja. Mirip kaya di Indonesia, lumayan banyak juga infuencer cari kerja. Tapi kebanyakan didominasi bimbel. Soalnya mau cari kerja aja disini pake bimbel. Essaynya ada format jitu dari bimbel, makanya bisa keliatan mirip-mirip semua.

Ketiga, isi essay.
Ini gue kaget sih, karena budayanya kan beda banget dengan di Indonesia. Malah serasa SEALNet, perlu pake story telling gitu - more to tell later.

Keempat, etika interview.
Ini juga diajarin di bimbel jadi lumayan mirip-mirip. Bajunya, cara pembawaan dirinya. Malah serasa jadi kurang personality... Tapi kalo ga ngikutin cara itu, lu dianggap pendaftar yang fail dibanyak perusahaan. HHHHH kadang suka kesel tapi bagaimana lagi, negara ini semua uniform.

High risk high return sih, sebenernya gue mendukung pendaftar yang punya personality dan menunjukkannya dalam interview. Kalo humoris dan periang, aspek tersebut ditonjolkan. Kalo emang bawaannya serius, yaudah gausah berusaha terlihat periang juga. Lebih mudah bagi penyeleksi untuk liat dia cocok atau ngga di perusahaan kami kan. Toh kalo ga cocok pun, baik untuk dirinya dalam jangka panjang juga. It can be discouraging, tapi gue pribadi senang-senang aja ketika ditolak perusahaan karena personality gue. Dimasa muda yang idealis, gue bisa berpendapat bahwa personality is something that I will not change. Kalo karena skill dan kurang pengalaman, masih bisa diperbaiki. Gue menerima semua komen terhadap attitude gue dan yes, gue bersedia berubah untuk lebih baik asalkan sesuai dengan value gue.

Garis besar: kecocokan ga bisa dipaksakan, semua tahu itu. Kalo gitu, kenapa ga gracefully ace your interview by showing your true personality sekalian sih?

Kelima, tata cara dan sikap umum dalam interview.
Ada banyak yang mau gue ceritakan. Intinya lu masuk disuruh perkenalan diri dan mereka mau tau kenapa lu apply kesini, kelebihan/kenapa harus milih juga boleh ditambahin. Ga boleh pendek-pendek cuma "Halo saya Alira dari Indonesia, saya baru lulus, saya berminat dibidang asdfghjkl."
-to be updated-

Impression gue dari pengalaman ini adalah gue jadi tahu common problems para pencari kerja. Gue jadi paham kenapa yang susah dapet kerja akan terus susah dapet kerja, karena emang banyak banget orang yang daftar ke berpuluh-puluh sampai ratusan tempat (cerita biasa di Korea), tapi ga dapet-dapet kerjaan. Masalah utama terletak pada CV. Mau lu pinter dengan IPK sempurna di sekolah, di sektor gue ga ada artinya. Terus orang menganggap bawah sertifikasi itu penting, tapi 80% punya itu, jadi ga ada nilai tambahnya. Bahkan kita jadi ga peduli lu punya atau ngga, karena ternyata itu bukan jawaban lu cocok di kantor kita atau bukan.

Lalu bagaimana menjadi diri sendiri, sambil terus bisa memperbaiki diri dan meningkatkan peluang cari kerja? Ini super subjektif, tapi setelah melalui proses ini, gue jadi mengerti perkataan Mas Manager.

"Semua orang start dari nol, blank page. Kamu mau maju atau ngga, terserah kamu. Pilihan pribadi mau stay blank atau stay informed dgn bergaul lebih luas, find good circle. Kl kamu baru dan gatau (banyak hal), harus jadi orang yg haus informasi. You're here because your curiosity paid off.” - Mas Manager, Januari 2019

(Mohon izin Mas Manager, quotenya gue pake terus. Beneran impactful soalnya)

Gue orangnya kepoan sih jadi gue suka bertanya detik itu juga saat gue punya pertanyaan. Gue punya concern khusus terhadap cari kerja, jadi gue selalu bertanya ke orang ke sekeliling gue, ke boss gue, ke temen gue, ke profesor gue soal cari kerja, pasar dan prospek kerja, industri yang gue tertarik dll. Gue ga segan gerak dan datengin expert dibidang yang gue suka, kalau memang gue kepo banget dan bener-bener tertarik. Saat intern pun, gue menjadikan supervisor (manggilnya Mas Manager) soal banyak hal kenapa gue terpilih, orang-orang seperti apa yang mereka cari, apa harapan atau visi mereka, kenapa butuh gue. Peka dan melihat gue orangnya sekepo itu, setiap gue bertanya suatu hal sama manager gue, dia akan menjawab dan nanya balik, "Kenapa kamu nanya?"

Biasanya gue akan menjelaskan asal mula pertanyaan gue "Karena gue rasa asdfghjkl (alasan sebenarnya kenapa gue kepikiran seperti itu)" tapi one day,  gue punya pertanyaan skeptis dan saat dia nanya alasan, gue jawab "Kepo aja."
"Gue baru pertama kali dapet pertanyaan lu tanpa alasan. Yakin ga ada pertanyaan tambahan lain atau alasan?" karena dia tau, gue sangat haus informasi, mengedepankan "why" dan gue memang punya seribu "why" dalam otak gue. Dia sadar cara terbaik membantu gue berkembang adalah salah satunya dia harus menyelesaikan dan menjawab kekepoan gue saat itu juga.

Anyway back to topic, para pelamar kerja ini kebanyakan pengangguran. Artinya, mereka datang jauh-jauh ke kantor buat interview, tapi dalam 5 menit kita dah bisa melihat kita gamau mereka. Gue turut sedih sih, karena mereka pulang dengan penantian. Terus mereka menerima kabar "Mohon maaf, belum bisa diterima dikesempatan kali ini." tapi mereka juga gatau salahnya dimana, atau sebenernya faktor apa yang membuat mereka ga cocok di perusahaan yang dilamar. Yang bisa liat ya sebenernya orang lain. Harus ada feedback.

Nah jadi apa sih common problems para pendaftar disektor gue, yaitu nonprofit tapi rasa komersial?

Untuk sementara, mending nonton ini dulu biar tau rasanya persaingan atau concern banyak pencari kerja di Korea.


--to be updated--

No comments:

Post a Comment