Bulan September ini gue sibuk banget. Sibuk, sampai tahap ga bisa balas pesan masuk tepat waktu. Sibuk, sampai tahap ga punya jadwal olahraga yang harusnya rutin. Sibuk, sampai terlewat nonton variety show mingguan yang cuma 20-40 menit per minggu. Sibuk, sampai tahap dimana gue mau telpon temen terdekat gue pun ga bisa, karena ga ada jadwal yang pas.
Gue mengawali bulan September di luar negeri, dengan mood yang sempet down karena dikejar beberapa deadline tidak terduga. Gak berakhir disitu, gue langsung diterpa kerjaan kantor dan luar kantor sekembalinya dari liburan. Untuk pertama kalinya sejak meninggalkan K-corporate, gue merasa 24 jam itu kurang.
Gue pikir gue akan bisa relax di pertengahan bulan, karena gue udah schedule jalan sama Hengyan ke Bali. Ternyata ngga…
Last minute, ada beberapa projek kerjaan freelance yang masuk. Gue sebenernya guilty dan terpikir ga pengen ambil. Gue nanya sama beberapa teman, gue lagi butuh uang dan dikasih jalan untuk ambil extra work. Tapi disisi lain, gue udah komit untuk spend time dengan Hengyan. Hengyan juga emphasize dia ke Indonesia untuk spend birthday bareng.
Akhirnya dengan saran Hengyan, gue tetep ambil projek-projek itu.
Gue spend birthday di hutan, karena kerjaan.
Karena harus melewatkan momen berharga untuk prioritas lain (this is adulting…), gue jadi banyak berefleksi tentang hal-hal yang gue rasa precious dan gue syukuri.
- Dikelilingi teman dan network yang baik
Gue banyak dibantu oleh teman dan network di berbagai kota untuk urusan kerjaan dan urusan pribadi selama masa sibuk-sibuknya. Gue terharu untuk waktu dan materi yang teman-teman gue habiskan, saat datang menemui dan hangout dengan gue. Kali ini, gue cukup terkejut dengan cinta yang gue terima dari kolega dan mantan kolega, begitu juga klien-klien lama.
Sebelumnya, gue berusaha keras memisahkan private and professional life. Baru di tahun 2023 ini gue mulai merasa lebih nyaman untuk lebih dekat dengan kolega-kolega gue. Gak disangka, gue dapat banyak hadiah dari kolega gue, yang semuanya pas sesuai selera gue. Gue sadar, gue punya selera yang sangat jelas dan sangat vokal. Gue tau apa yang gue suka, dan apa yang gue ga suka. Kayanya karena terlalu loud (re: bacot), jadi sangat mudah untuk membaca apa yang gue mau.
- Kerjaan yang mendukung lifestyle dan minat
Kegalauan dilema ambil kerjaan, kesibukan kerja sambil liburan tuh ga akan terjadi kalau kerjaan utama gue (kantoran) kaku. Gue berada di perusahaan yang sangat pro work life balance dan growth & development. Gue jadi bisa eksplor banyak hal, gue juga ga perlu mengorbankan minat-minat atau skill professional gue yang gak kepake di kantor, seperti kemampuan berbahasa Korea.
Kolega dan boss gue tau kalo gue masih aktif sebagai interpreter Bahasa Korea. Mereka gak menghalangi, dan malah banyak yang mendukung dengan mengenalkan gue ke klien-klien baru.
- Kerjaan yang sangat dinamis
Jadi interpreter, content creator, ataupun tour guide, adalah hal yang bisa sangat ‘extrovert’. Ketemu banyak orang, dealing with many topics, berhadapan dengan banyak faktor x - semua dinamis. Sejatinya, gue bener-bener introvert.
Tapi ternyata gue punya talent di industri ini. Ternyata gue beruntung sekali bisa berada di industri atau punya pekerjaan yang bisa memanfaatkan talent gue. Suka atau ga suka, semua bisa diatur, dengan motivasi yang tepat :P
Jujue, motivasi gue sih sekarang uang ya.
- Teman-teman terdekat yang super suportif
Wah ini. Teman-teman gue, dari TIAP kategori, sangat suportif akan kebahagiaan dan karir gue. Disaat gue lagi bener-bener capek dan sibuk, mereka mau memahami dan mengerti. Mereka mau pergi jauh-jauh memenuhi undangan dinner gue. Mereka selalu sedia disaat gue minta bantuan yang super random. Mereka juga paham kelakuan eccentric gue, terutama bagian suka gabung-gabungin orang. Gue punya time management yang buruk, so gue sering banget bikin janji sama temen dari circle A, circle B, dan circle C diwaktu yang sama.
Gue ga terlalu peduli mereka saling cocok atau ngga. That’s how my friends saling kenal satu sama lain.
Teman-teman yang sangat baik inilah yang jadi salah satu sumber kebahagiaan terbesar. Gue rasa gue punya circle yang tepat. Ada banyak sekali moment dimana gue mikir, “kok mereka mau ya temenan sama gue? Apakah mereka akan tetep jadi temen gue disaat gue susah dan terpuruk?”
Some of them have been my friends lebih dari separuh umur gue. They have seen my ugliest side and they’re still here.
- Kemudahan - Summary dari seluruh refleksi ini sebenarnya adalah kemudahan.
Gue banyak diberikan kemudahan dan kelancaran dalam setiap urusan-urusan gue. Banyak hal yang bikin stress karena susah sekali adjustnya, tapi endingnya gue selalu diberikan solusi-solusi kemudahan dengan dukungan semesta. Sering banget gue merasa ‘push my luck to the limit’ sambil berdoa diminta diberikan kemudahan, dan akhirnya memang benar-benar bisa lancar.
Ini mengingatkan gue untuk selalu bersyukur. Doa yang gue panjatkan itu didengar dan dikabulkan.
Blessed & thankful.
No comments:
Post a Comment