Awal tahun, gue berjanji mau mencoba jadi orang yang lebih sabar. Biasanya, gue sangat pemarah, meledak-ledak dan punya kesabaran setipis kertas 50 GSM. Di bulan Februari, gue cerita juga soal hal yang sama, disini. Gue praktek ke teman-teman baru, standarnya adalah teman yang gak sedekat itu untuk mentoleransi berbagai kelakuan gue, tapi juga gak seformal/sejauh itu hubungannya, jadi bisa bener-bener latihan. I came forward with this goal to my closest friends, I said I wanted to rebrand myself this year.
Kesannya kaya grande banget, 'rebranding'. Tapi sebenernya mungkin sesimple manifesting with conscious effort.
6-7 months in, I found myself holding back from raging several times. Ada yang karena tuntutan profesi, as I work in the service industry. Sering juga holding back atas pilihan sendiri, sambil mengingatkan diri sendiri "Sabar, inget, udah komit 2023 mau sabar."
Frankly speaking, it's not that hard. Sabar dengan sadar, untuk sebuah tujuan yang lebih besar itu sangat doable. Hal tersulit sampai saat ini rasanya melawan perasaan sia-sia. Berbeda dengan tulisan di bulan Februari yang generally sangat positif, gue mulai merasakan hal-hal negatif dari berproses menjadi orang yang lebih sabar. Biasanya pikiran ini muncul, setelah gw menahan amarah.
"I could've raged, but I didn't. But oh, the other party did not notice and took it for granted."
I guess I had some ideal pictures dimana kalau gue jadi pribadi yang lebih sabar, tidak terlalu meledak-ledak, orang 'berterimakasih'. Tapi ngga, banyak teman yang berpikir itu given, not out of character. Does it make me want to stop trying to be more patient?
Sometimes.
I think I have a strong desire for my effort to be recognized.
Not many would recognize the steps I took, the effort I put in.
I discovered this earlier today, and I could not believe that I wanted to use this immediately, to describe my current mood. I guess I have a long way to go. But I am proud that I did not flip nor rage - like how I used to :P
No comments:
Post a Comment