Well buat gue, gue menulis karena mau mengingat masa-masa sulit, agar gue bisa inget pelajaran yang gue dapatkan saat itu. Gue berbagi tulisan di publik, partly because I take it as some sort of an accountability to show both my joy and my sadness, my wins and my failures. It is also a way for me to connect with people who might be going through a similar struggle.
Kali ini gue mau mengingat orang-orang yang ada untuk gue saat gue lagi mengalami masa sulit. Gw sempet cerita di bulan Februari, disini, kalo awalnya ga banyak temen gue yang sadar gue lagi on my lowest point. Hal besar yang gue perjuangkan di post itu ngomongin S2 dan jaga performance di kantor maksudnya. Saat itu gue belom terbuka sepenuhnya, kecuali ke teman-teman terdekat. Gue udah jujur banget gue butuh bantuan emotional support. Cuma banyak yang gak nyangka itu serius karena gue gak terlihat stress =)) Soalnya gue ketawa-ketawa, main dan functioning like normal.
Akhirnya, di bulan Maret-April I finally showed some visible signs of stress, like constant crying and loss of concentration. Teddy told me tahun ini gue banyak 'lupa' dan banyak 'gatau'nya. Ya itu karena stress. He knows coz he is very sensitive to changes. Buat orang lain mungkin ga bisa keliatan perubahannya.
Gue relate banget sama dinosaurcouch ini. Gue percaya gue tetap akan baik-baik saja, hidup akan berjalan terus, semisal gue harus sendiri. So do my friends. They would be okay without me. Despite knowing that, these friends choose to stay by my side on my lowest point.
Hengyan - My #1 Call Center
Hengyan adalah teman Malaysia gue dari sejak kuliah di Korea University. Kita beda jurusan, beda background, beda semuanya. Kita jadi deket banget baru setelah lulus. Hengyan ini action-oriented. Dia awkward banget sama kata-kata pujian, tapi dia bakal SELALU bantu gue, dengan cara apapun, dimanapun. SELALU. Tanpa kecuali. Dari mulai bantuin pindahan, bantuin urus keuangan, sampe bantuin gue brainstorming.
2023 gue ketemu Hengyan beberapa kali di Korea dan Indonesia. Hengyan adalah orang yang pertama gue update dalam banyak hal di hidup gue. Hal paling menyentuh tahun lalu tuh Hengyan ke Jakarta ngepasin sama ultah gue. Hengyan juga bantuin dari jauh, via video call, saat gue kekunci di luar apartemen karena battery pintu bermasalah. Beneran #1 Call Center.
Hengyan selalu ada, selalu one text dan one call away, meski kita berjarak ribuan kilometer.
Ilen - My #1 Life Consultant
Ilen adalah teman terdekat gue secara jarak dan secara hubungan emosional. Kita tinggal bareng selama 2 tahun. Ilen ada di setiap fase hidup gue sejak kuliah. Ilen orangnya sangat penuh empati dan logis. Gue bisa memproses SEMUA hal yang gue rasakan, pikirkan sama Ilen. Ilen jago banget baca orang dan selalu menempatkan dirinya di perspektif orang tersebut. Ilen lah yang menyadarkan gue kalau gue pernah sangat passionate dalam bidang-bidang tertentu.
Ilen bilang gue sangat konsisten. Satu kalimat itu mungkin ga terlalu berarti. Tapi Ilen bisa menjabarkan dengan detail bukti-bukti tindakan dan sikap konsisten gue sejak 2016 sampai sekarang. Gue bisa cerita dengan detail ke Ilen soal semua hal dalam hidup gue dan Ilen akan input itu ke databasenya soal gue. Nanti saat gue butuh pendapat dan masukan Ilen, Ilen akan consider semua sisi, dari database yang dia punya. Ini bener-bener menyentuh dan useful.
Hal paling meaningful buat gue adalah saat Ilen menceritakan kembali gue yang dia kenal di masa kuliah ke pacarnya. Ilen inget my real passion. Ilen liat langsung langkah-langkah yang gue lakukan saat passion gue menyala. Ilen ada sama gue saat gue usaha dengan segala kreativitas gue, berusaha menembus industri yang gue mau (social venture, social entrepreneurship) dan diakui disana. Gue bahkan udah lupa gue pernah sesemangat itu.
Gue lupa karena gue tiap hari fokus menyeret diri sendiri ke kantor, ngerjain project.
Cerita Ilen ke pacarnya, saat gue lagi curhat dan dia mau pacarnya ngerti perspektif gue, yang buat gue yakin gue mau jadi orang yang semangat mengejar mimpi gue lagi. Gue udah pernah melakukan hal yang terlihat impossible. Saat itu, endingnya pun ga sesuai harapan gue, tapi gue bener-bener bangga pernah coba dan tau persis kenapa gue belum bisa dapat hal yang gue mau. Karna Ilen, gue yakin gue mau mencoba lagi, dan gue yakin gue gak akan menyesal apapun outcomenya.
Ry - My #1 Peer Mentor
Ry adalah temen Malaysia gue dari sejak gue SMA. Awalnya gue kenal sebagai co-leader gue di project sosial tahun 2014. Selama bertahun-tahun, gue lihat sosok Ry sebagai orang yang ada di level lain. Untouchable. Bukan liga gue. Gue belajar banyak dari Ry soal job market dan persiapan-persiapan yang harus gue lakukan, ikut budaya barat. Gue banyak konsultasi karir ke Ry.
Ry sangat sensitif dan empathetic. Ry lihat perkembangan gue sejak gue SMA, masih bego dan nyusahin dia, sampe saat ini. Ry kenal semua temen-temen gue meski dia ga pernah tinggal di Indonesia/Korea. Ry tahu peran masing-masing orang dalam hidup gue. Nah tahun 2023 sebenernya tahun yang gelap buat Ry. Awal tahun, gue berkomitmen buat bisa bantu dan hadir kapanpun dia butuh. Akhir tahun sampe awal 2024, gue 'hilang' dan jarang cerita ke Ry.
Ry tahu hidup gue lagi ga baik-baik aja. Ry datang ke Indonesia, Ry menyambut gue di Singapore dan Malaysia, semua untuk mendengarkan cerita gue dan hadir buat gue. Ry ga cuma offer emotional support, tapi jadi teman brainstorming buat gue. Ini penting, karena gue sangat butuh bantuan buat organize pikiran-pikiran dan perasaan gue.
Karena Ry, gue percaya LDR itu possible kalo kedua pihak bener-bener berusaha. Tahun 2023, gue ketemu Ry tiap bulan. Kita sayang satu sama lain sebagai teman, kita komit kita mau saling hadir dan meringankan.
Teddy - My #1 Emo Guy
Gue banyak belajar sama Teddy untuk hal-hal yang berhubungan dengan perasaan. Jujur, gue menutup 2023 dengan menganggap Teddy as one of my bittersweet lessons. I had a fantastic 2023, partly karena Teddy. I had some bitter moments juga karena dia. Teddy bukan orang yang consistently hadir di hidup gue. Background dan perspektif kita bener-bener berbeda. Gue yakin banget Tuhan naro Teddy di hidup gue untuk pelajaran dan untuk rasa syukur.
Saat gue lagi gak terkontrol emosinya karena dipenuhi kesedihan dan kekecewaan yang mendalam, Teddy ada mendampingi gue. Teddy membiarkan gue curhat dan nangis di tempat-tempat gak terduga. Teddy juga tahu gimana membuat gue merasa lebih baik. Dengerin curhatan orang itu berat dan menyita energi, makanya gue bener-bener berterimakasih untuk kehadiran dia, karena gue merasa tersentuh every time he chooses to soothe me. I know he always has the option to ignore me. He chose to be present at the most critical times.
Recently, I was touched that Teddy chose to be empathetic when I told him about one of my recent sad arguments with my parents. He could just brush it off with some generic support messages, but he was immersed in my story instead. Selain itu, gue bersyukur banget Teddy bisa support gue disaat gue resettle menata hidup. Dia meluangkan waktu seharian buat bantuin gue assembly furniture, angkat barang dan basically mengerjakan urusan rumah. Ini sangat berarti karena pikiran gue lagi tercecer mau last day dan mau segera berangkat ke Korea. He took half of my burden by giving me one of his precious day off.
Beberapa hari yang dihabiskan bersama Teddy will probably be one of my nicest 2024 memories.
Bon - My Favorite Career-rant Dumpster
Gue love and hate sama Bon. Bon punya personality yang 'nyebelin' karena batu, tapi hatinya baik banget. Bon selalu ada dalam berbagai bentuk yang aneh-aneh sejak pertama gue kenal dia. Minjemin gue HP, nganterin koper gue, sampe yang terakhir dia bantu gue urus dokumen di Korea buat kuliah ke Italia - meski akhirnya ga jadi.
Bon ini orang pertama yang gue kontak kalo gue dapet tawaran kerjaan atau mikir soal mau sekolah dimana. Di masa sulit, senang maupun masa-masa bingung, gue sering rant ke Bon dan gue terharu Bon checked in on me beberapa kali, saat tau gue lagi stress berat. Gue sayang sama Bon dan nyokap gue kayanya lebih sayang lagi muahaha.
Mamah - My Favorite Boss
Gue gak nyangka akan ada orang kantor yang gue sebut. Gue dulu super strict sama line between professional dan personal. Tapi lama kelamaan, gue menemukan teman yang beneran bisa jadi teman hidup diantara kolega kantor. Mamah salah satunya.
Mamah umurnya bisa jadi nyokap gue, jabatannya bisa jadi boss gue. Sekilas singkatnya ya unreachable. Gue udah pengen kenal Mamah sejak bulan-bulan pertama gue join, karena gue tahu Mamah dari Bogor juga. Tapi emang kita ga pernah bisa paksain timing Tuhan, gue baru deket sama Mamah sejak 2023 dari berbagai pertemuan dan interaksi-interaksi kecil.
Awalnya gue merasa harus lebih bisa memposisikan diri saat gue curhat ke Mamah. Mamah kenal baik dengan boss gue, dan selevel boss gue. Kalo gue bilang gue bener-bener ga nyaman dan ga pengen berkarir di projek, nanti backlash ga ya? Tapi setelah gue pikir-pikir lagi, gue bener-bener ga punya issue sama orang atau leadershipnya. Ini murni ketidakcocokan pribadi, yang gak bisa dipaksain. Gue juga udah jujur ke semua orang, termasuk boss gue. Jadi ya harusnya semua cerita konsisten. Gue pun jadi berani untuk terus terang tanpa filter.
Mamah tahu detail kegalauan S2 gue. Pilih univ kampung atau univ kota di Italia? Pilih asal pergi, lari dari kerjaan, atau ada pilihan yang lebih bijak? Mamah juga tahu perspektif orang tua gue, dan bisa relate sebagai orang tua yang punya anak seumur gue juga. Tambahan-tambahan insight ini sangat berharga, jadi gue yakin gue memproses masalah dengan sebijak mungkin dan tidak impulsif.
Hal yang paling bikin gue tersentuh adalah saat Mamah beneran hadir di titik-titik kritis. Mamah ada saat gue lagi mempertimbangkan jalan baru yang gue pilih dan kasih input objektif. Mamah menghibur gue saat gue nangis seharian di kantor, meski lagi gak ngantor. Yang paling akhir, Mamah bener-bener immersed dan invested sama perkembangan gue secara personal dan profesional. Mamah secara tulus mendoakan gue, mendukung gue setelah gue di Korea.
Bener-bener terharu. How a mother-like figure who is also my boss could grow to become my personal mentor and my biggest supporter.
Kak Reza - My Halte Date
Kak Reza's recent life was not easy at all. Kak Reza adalah orang pertama di kantor yang tahu gue lagi proses ambil langkah buat melarikan diri dari job PM. Kak Reza support decision gue dan banyak kasih nasihat bagaimana gue bisa menyelesaikan chapter gue dengan baik. Lalu Kak Reza sempat diterpa kabar duka. She took some time off to grief. Setelah Kak Reza balik, Kak Reza ikut merayakan my recent wins dan ikut sedih sama my recent disappointments.
Gue tersentuh banget momen-momen kecil yang gue lakukan bener-bener diinget dan dihargai sama Kak Reza. Dari sekedar bantu hal kecil di kantor, sampe pulang bareng naik transjakarta. Kak Reza juga effort banget kirimin gue kado dari rumah. Gak cuma soal kirimnya, soal cari the right gift kan juga susah ya. Bener-bener touching.
Kolega seperti Kak Reza lah yang bikin hidup gue di kantor sangat bahagia. Kak Reza bilang, salah satu momen yang akan dia kangenin adalah momen ngobrol sampe Halte Rasuna. She was indeed my halte date.
![]() |
Gue percaya banget sama ini |
Gue percaya kehadiran mereka semua diatur Tuhan.
Ada banyak lagi orang yang gak gue sebutin disini, rasa syukur gue sama besarnya untuk kehadiran mereka. Orang-orang yang sudah lama atau baru gue kenal, tapi rasa sayangnya begitu besar ke gue. Orang-orang yang awalnya hanya kolega, lalu tumbuh jadi teman baik dan masih banyak lagi kapasitas lainnya.
Ilen, Ry, Hengyan mungkin kehadirannya konstan sejak gue kenal mereka. Diluar itu, gue bener-bener ga menyangka, bersyukur dan berterimakasih dari hati yang paling dalam Tuhan mengirimkan mereka. Timing dan rencana Tuhan ga ada yang tahu, yang gue bisa lakukan adalah komitmen untuk terus pay it forward. Kebaikan yang gue terima harus diteruskan. Cinta yang gue terima harus gue lipat gandakan
Masa-masa sulit yang gue lalui mengajarkan gue buat lebih sadar terhadap seluruh bentuk cinta yang gue terima. Support itu bentuknya macem-macem. Dari yang nanyain "How is your day?" ke yang pinjemin kamar di negara lain buat bantu gue hemat, sampe yang mau nonton Garfield disaat dia ga ada minat, cuma karena tahu I would love it.
Yes I was sad and it was not easy at all. But people care about me and I received so much love. Gue jadi lebih fokus sama rasa syukurnya. I feel blessed and immensely grateful.
No comments:
Post a Comment